Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Al Hasanah, Kota Madiun angkat bicara soal tudingan lamban menangani persalinan hingga mengakibatkan bayi meninggal dunia. Pihak RSIA menegaskan, telah melakukan penanganan sesuai prosedur medis atas persalinan Leni Narasari (27) warga Kelurahan Sogaten, Manguharjo, kota Madiun.
"Sudah kita observasi. Penanganan terlambat tidak, karena sudah upayakan yang terbaik," ujar Direktur RSIA Al Hasanah kota Madiun Iin Suwandari kepada detikJatim, Selasa (6/8/2024).
Menurut Iin, bayi yang dilahirkan Leni pada Jumat 26 Juli 2024 sekitar pukul 22.00 WIB kondisinya kurang sehat. Pihak dokter RSIA Al Hasanah juga telah mengambil langkah merujuk bayi pasangan Khoirul dan Leni itu ke RSUD dr Soedono Madiun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita sudah upayakan terbaik, kondisi bayi saat lahir memang medis jelek (kurang sehat)," terang Iin.
Iin menjelaskan bahwa saat pertama dilahirkan, bayi tidak seperti bayi pada umumnya. "Saat keluar melahirkan bayi tidak nangis," tandas Iin.
Sebelumnya, Khoirul Badriyawan (29) dan Leni Narasari (27), pasangan suami istri di Kota Madiun mengeluhkan penanganan persalinan di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Al Hasanah. Mereka harus kehilangan buah hatinya usai menjalani persalinan di RS yang berada di Jalan Sri Rejeki tersebut.
Kepada detikJatim Leni mengaku dirinya masuk IGD RSIA Al Hasanah pada Jumat 26 Juli 2024 sekitar pukul 22.00 WIB. Itu setelah Leni merasa ada cairan bening atau ketuban keluar atau pecah sejak 25 Juli 2024 sekitar pukul 21.30 WIB.
"Awalnya saat tanggal 25 Juli kemarin ada cairan seperti ketuban kemudian kira putuskan untuk ke RS soalnya tanggal 26-07-2024 itu bertepatan dengan HPL saya (berdasarkan jadwal dari dokter kandungan)," ujar Leni saat dikonfirmasi detikJatim, Senin (5/8/2024).
"Sampai sana (RSIA Al Hasanah) pukul 22.00 WIB dan dicek pembukaan masih pembukaan satu. Tetapi ketubannya sudah pecah dan mengucur terus-menerus. Setelah itu tidak ada penanganan lagi. Sehabis dicek dan ganti pakaian rumah sakit saya dipindah ke kamar pasien dan keadaan waktu dibuat jalan ketuban masih keluar mengucur terus-menerus," sambung Leni.
Leni mengaku penanganan di sana lamban, bahkan saat ketubannya mengucur. Setelah menunggu berjam-jam, akhirnya dilakukan operasi, namun bayi yang dikandung Leni lahir dengan kondisi buruk. Sang bayi diduga keracunan karena terlalu banyak menelan air ketuban yang berwarna hijau.
"Anak bayi saya meninggal dunia akibat terhirup air ketuban yang sudah tercampur mekonium karena tidak ada penanganan sama sekali selama 15 jam dari pertama air ketuban saya mengucur," sesal Leni.
(abq/hil)