Aksi viral dugaan kekerasan guru SMKN 12 Kota Malang terhadap muridnya sudah 2 kali dimediasi. Kedua belah pihak baik keluarga murid maupun guru bersangkutan sepakat berdamai.
Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) Bagian Sarana dan Prasarana SMKN 12 Kota Malang Yusuf Hidayat mengatakan mediasi dilakukan 2 kali. Mediasi pada 1 Agustus dan 4 Agustus.
Mediasi pertama dihadiri murid didampingi orang tua serta guru yang bersangkutan, dimediasi pihak sekolah. Dalam mediasi itu ortu murid diklaim tidak akan melakukan tuntutan apapun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selanjutnya, mediasi digelar pada Minggu, 4 Agustus. Pada mediasi kedua tersebut turut hadir perwakilan dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur untuk mendengarkan pengakuan kedua belah pihak.
"Mediasi kedua itu hasilnya tetap, dari orang tua murid tidak ada tuntutan dan persoalannya sudah selesai. Karena memang tidak ada luka fisik. Kalau pun divisum tidak ada," ujarnya kepada wartawan, Senin (5/8/2024).
Yusuf mengungkapkan bahwa apa yang dilakukan oleh guru agama berinisial AK terhadap siswa berinisial R (17) itu dalam rangka penegakan disiplin. Murid itu telah melakukan kesalahan dengan datang terlambat saat pelajaran.
"Terlebih kasus terjadi itu memang sebenarnya adalah dalam rangka penerapan disiplin. Ada pelanggaran yang dilakukan murid itu padahal sebelumnya sudah ada perjanjian yang melanggar dihukum berdiri," ujarnya.
Sebelumnya, Yusuf menyebutkan peristiwa yang viral itu terjadi Rabu (31/7). Saat itu siswa kelas XI Teknik Kendaraan Ringan (TKR) berinisial R (17) terlambat masuk jam pelajaran agama.
Karena terlambat, guru Agama berinisial AK menghukumnya berdiri di depan kelas selama beberapa waktu. Ini menurut Yusuf sesuai dengan kesepakatan antara guru dengan siswa.
"Jadi memang sudah ada kesepakatan kalau terlambat disuruh berdiri. Saat murid berdiri di belakang sang guru itu, ternyata sambil bercanda. Teman-temannya bilang kalau dia ngece-ngece," kata Yusuf.
Setelah itu AK menanyakan kepada sang murid kenapa bisa terlambat masuk? R diketahui menjawabnya dengan berbohong hingga membuat AK melakukan perbuatan di luar kontrol.
"Alasannya sang murid terlambat itu karena ponselnya tertinggal di ruang berbeda, tapi ketika diperiksa ternyata ponselnya ada di kantong sakunya," terangnya.
Karena alasan itulah sang guru memiting siswa itu. Yusuf menyebutkan apa yang dilakukan guru berinisial AK itu hingga membuat murid itu tampak tercekik hanya guyon alias bercanda.
"Esensinya sebenarnya adalah guyon. Jadi maunya (guru) itu (bercanda) kayak model dirukiah. Karena kemarin sudah ditelusuri, katanya 'saya itu terbiasa kalau ada yang anu (melanggar/nakal) saya rukiah anak-anak itu'. Cuman kemarin agak berlebihan," ujar Yusuf.
Dia juga menyampaikan apa yang dilakukan AK tidak sampai membuat siswa berinisial R (17) itu terluka secara fisik. Menurutnya ini sudah diklarifikasi terhadap kedua belah pihak, baik guru maupun murid.
"Cuma kemarin itu terlalu berlebihan, dan sebenarnya tidak seperti nonjok itu. Itu hanya seolah-olah saja tapi tidak ada bekasnya. Artinya tidak ada luka fisik itu. Ini sudah dipastikan dalam mediasi kemarin," tandasnya.
(dpe/fat)