PBNU menggelar rapat pleno terkait sejumlah hal dipimpin langsung oleh KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya di Jakarta. Dalam pleno itu peserta banyak mengeluhkan serangan dari elite PKB.
Gus Yahya menyampaikan ada permintaan dari peserta Pleno agar ada keputusan soal hubungan dengan PKB atau Partai Kebangkitan Bangsa yang belakangan para elitenya yang disebut kerap menyerang PBNU.
"Jadi karena akhir2 ini ada artikulasi-artikulasi yang sangat frontal dan apa namanya, sangat tajam terhadap PBNU dari arah PKB dan juga menyangkut berbagai perkembangan mutakhir berkaitan dinamika berhubungan dua entitas ini. Ya saya harus sampaikan terus terang bahwa ada banyak komplain dari banyak peserta pleno," ujarnya dilihat detikJatim dari konferensi pers yang disiarkan di YouTube TVNU, Minggu (28/7/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gus Yahya pun memaparkan tentang prinsip-prinsip dasar hubungan NU dengan PKB. Dia akui kedua entitas itu memang memiliki hubungan secara historis, irisan konstitusi, juga hubungan teologi dan sebagainya.
Dia sebutkan bahwa Bahwa NU tidak bisa selalu kongruen (bisa disamakan) dengan PKB. NU dan PKB itu berbeda dan tidak bisa disebut NU itu hanya untuk PKB saja.
"Seringkali saya sebutkan di mana-mana bahwa warga NU yang menjadi konstituen PKB itu tidak sampai 20%. Sementara yang lain (warga NU) itu tersebar di berbagai partai yang lain," ujarnya.
Gus Yahya pun menyampaikan dengan demikian NU juga harus memikirkan hubungannya dengan semua kekuatan partai politik di Tanah Air tidak hanya dengan PKB saja.
"Ini tidak berarti NU tidak mau berurusan dengan PKB, atau berarti NU berlepas diri dari PKB, tidak. Tapi NU tidak mau hanya mau mengurus PKB saja. Kira-kira begitu. Itu prinsip dasarnya seperti itu, tetapi bahwa kemudian ini menimbulkan semacam sentimen negatif dari sejumlah elite PKB sehingga mereka sampai menyerang PBNU dengan berbagai macam serangan yang sangat tajam, nah ini menjadi persoalan bagi PBNU," ujarnya.
Gus Yahya kemudian menyebutkan serangan seperti apa yang sempat dikeluhkan para peserta pleno. Dia sebutkan serangan elite PKB itu terkesan menyepelekan dan merendahkan lembaga yang dia pimpin, dalam hal ini PBNU.
"Karena ini soal lembaga yang katakanlah disepelekan, direndahkan dan sebagainya. Sehingga PBNU secara kelembagaan perlu mengambil sikap dan mungkin mengambil sejumlah langkah-langkah terkait hal ini," katanya.
Sebelumnya, seperti dilansir dari detikNews, Sekretaris Jenderal PBNU Gus Saifullah Yusuf (Gus Ipul) menyampaikan rencana PBNU membentuk tim lima atau panitia khusus (pansus) terkait Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Dalam keterangan yang disampaikan Gus Ipul pada Jumat (26/7) mengatakan pansus ini dibentuk untuk meluruskan sejarah sekaligus mengembalikan PKB ke PBNU selaku pemilik sah. Dia menilai saat ini elite PKB banyak membuat pernyataan yang melenceng dari fatsun awal berdirinya PKB.
Bahkan, menurut Sekjen PBNU yang juga Wali Kota Pasuruan tersebut, ada upaya yang nyata dan sistematis yang dilakukan elite PKB untuk menjauhkan PKB dari struktural NU.
"PBNU sedang berdiskusi. Jika diperlukan, pembentukan tim lima akan segera dilakukan. Langkah ini setelah melihat pernyataan elite-elite PKB yang ahistoris. Ada tanda-tanda mereka akan membawa lari dari sejarah berdirinya PKB," kata Gus Ipul.
PKB, menurut Gus Ipul, didirikan oleh struktur NU, dalam hal ini PBNU hingga ke cabang, MWC dan ranting NU. Sehingga tanpa struktur NU, menurutnya PKB tidak akan pernah terbentuk.
Gus Ipul pun mencontohkan sejumlah pernyataan elite PKB yang menganggap bahwa PBNU tidak perlu didengarkan. Padahal, kata dia, tanpa mendengarkan PBNU PKB terbukti gagal dalam proses pemilihan presiden beberapa waktu lalu.
Tim lima yang akan dibentuk menurut Gus Ipul akan menyerupai tim lima di awal reformasi dulu yang dibentuk PBNU untuk mendirikan PKB. Tim lima ini akan segera diwujudkan jika mendapatkan persetujuan dari Rais Aam KH Miftachul Ahyar dan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf.
"Kita akan undang bergabung seluruh tokoh, para aktivis NU untuk dimintai pendapatnya terkait hal ini," imbuhnya.
(dpe/iwd)