Trump Bilang Umat Kristen Tak Perlu Ikut Pemilu Lagi kalau Dia Menang

Kabar Internasional

Trump Bilang Umat Kristen Tak Perlu Ikut Pemilu Lagi kalau Dia Menang

Yulida Medistiara - detikJatim
Minggu, 28 Jul 2024 17:38 WIB
Former US President and 2024 Republican presidential candidate Donald Trump gestures after speaking at Turning Point Actions
Donald Trump. (Foto: AFP/CHANDAN KHANNA)
Surabaya -

Donald Trump, calon presiden dari Partai Republik berupaya menarik perhatian para pemilih Kristen. Dalam pidatonya di acara Kristen konservatif, Trump mengatakan umat Kristen tak perlu memilih lagi jika berhasil membuatnya terpilih lagi sebagai Presiden AS pada Pemilu November nanti.

Seperti dilansir detikNews mengutip Reuters dan CNN, Minggu (28/7/2024), Trump menyampaikan pernyataannya kepada umat Kristen itu pada Jumat. Dia bilang bila umat Kristen memilihnya pada bulan November ini, dia akan memperbaiki semuanya.

"Kalian tidak perlu (memilih) lagi. Empat tahun lagi. Tahukah kalian? Semuanya akan diperbaiki, semuanya akan baik-baik saja, kalian tidak perlu memilih lagi, umat Kristenku. Aku mencintaimu, umat Kristen," kata Trump di acara yang diselenggarakan kelompok konservatif Turning Point Action itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya mengasihi Anda orang-orang Kristen. Saya seorang Kristen. Saya mengasihi Anda. Keluarlah! Anda harus keluar dan memilih. Dalam empat tahun, Anda tidak perlu memilih lagi, kami akan memperbaikinya dengan sangat baik sehingga Anda tidak perlu memilih," ujar Trump.

Tidak jelas apa yang dimaksud mantan presiden itu dengan pernyataannya. Juru bicara kampanye Trump Steven Cheung tidak secara langsung menanggapi pernyataan Trump ketika diminta untuk mengklarifikasi itu.

ADVERTISEMENT

Cheung mengatakan Trump "berbicara tentang menyatukan negara ini," dan menyalahkan "lingkungan politik yang memecah belah" atas upaya pembunuhan Trump dua minggu lalu. Hingga saat ini penyidik belum menyampaikan motif pria bersenjata berusia 20 tahun itu menembaki Trump.

Sebaliknya, Partai Demokrat menuduh Trump sebagai ancaman bagi demokrasi setelah upayanya membatalkan kekalahannya pada 2020 terhadap Presiden Joe Biden dengan upaya yang menyebabkan pemberontakan mematikan di Gedung Capitol AS pada 6 Januari 2021.

Dalam sebuah wawancara dengan Fox News pada Desember, Trump mengatakan bahwa bila dia memenangkan pemilihan kali ini, dia akan menjadi seorang diktator tetapi hanya pada "hari pertama". Yakni dengan menutup perbatasan selatan dengan Meksiko dan memperluas pengeboran minyak.

Partai Demokrat memanfaatkan komentar itu dalam berbagai kampanye. Namun sejak itu Trump mengatakan bahwa pernyataannya di Fox News itu adalah lelucon.

Jika Trump memenangkan masa jabatan kedua di Gedung Putih, ia hanya dapat menjabat selama empat tahun lagi sebagai presiden. Presiden AS dibatasi hingga dua masa jabatan, berturut-turut atau tidak, berdasarkan Undang-Undang Dasar AS Konstitusi.

Artikel ini sudah tayang di detikNews. Simak selengkapnya di sini.




(dpe/iwd)


Hide Ads