"Mama Takut" Kalimat Terakhir Bu Nunuk Sebelum Meninggal di Tanah Suci

"Mama Takut" Kalimat Terakhir Bu Nunuk Sebelum Meninggal di Tanah Suci

Irma Budiarti - detikJatim
Minggu, 28 Jul 2024 10:20 WIB
Anak dan menantu Bu Nunuk, pemilik kedai STMJ legendaris di Surabaya yang meninggal di Tanah Suci.
Bu Nunuk yang meninggal di tanah suci. Foto: Esti Widiyana/detikJatim
Surabaya -

Bu Nunuk, pemilik kedai STMJ legendaris di Surabaya, sempat menyampaikan pesan pilu sebelum meninggal di tanah suci saat haji furoda. Kalimat terakhir Bu Nunuk yang menyayat hati itu mengungkapkan ketakutannya.

Perempuan yang memiliki nama asli Nunuk Widayanti (53) itu meninggal dunia pada 16 Juni 2024. Sebelum diketahui meninggal dunia, Bu Nunuk sempat menghilang selama lima hari.

Sebelum menghilang, Bu Nunuk sempat mengadu kepada putranya Rizaldi Santoso (29). Bu Nunuk mengaku ketakutan di Arab Saudi. Pasalnya, ia harus kejar-kejaran hingga diobrak polisi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mama nggak cerita (kejadian). Waktu di sana bilang 'le mama takut'. Saya kontakan terus," kata Rizaldi saat ditemui detikJatim di Kedai STMJ Bu Nunuk, Jalan Ngagel Jaya Selatan, Rabu (24/7/2024).

Bahkan, perasaan takut itu sudah dirasakan Bu Nunuk dan suaminya Budi Santoso (55) setibanya di tanah suci. Di sana, mereka dikejar-kejar polisi, bahkan apartemen tempat persembunyian mereka juga diobrak polisi.

ADVERTISEMENT

"Apartemen tempat persembunyian mama dan papa sempat didobrak polisi, lari ke sana-ke sini, sampai mama saya kepegang polisi. Saya tahu dari salah satu video di medsos, sama kayak ceritanya mama. Saya nggak tahu termasuk (Bu Nunuk) atau tidak, tapi ceritanya persis seperti kejadian mama," ceritanya.

Bu Nunuk juga sempat cerita kepada kakaknya yang juga sedang haji reguler berangkat melalui Kemenag. Saat curhat itu, Bu Nunuk minta bantuan untuk dipulangkan ke Indonesia, dengan biaya berapapun.

"Mama saya waktu itu ngabari bude saya yang di sana (Arab Saudi), bude cerita semua ke saya kalau mama takut, minta dijemput. "Berapa pun (biaya), ayo tolong aku" (kata Bu Nunuk ke bude Rizaldi). Pokoknya mama saya minta kembali (ke rumah)," ujarnya.

Rizaldi menerangkan, ibunya berangkat haji pada Sabtu 17 Mei 2024. Bu Nunuk berangkat bersama sepuluh orang menggunakan travel berangkat dari Bandara Juanda, dan transit di Jakarta. Begitu tiba di Jeddah mereka menggunakan transportasi umum untuk ke apartemen. Belakangan diketahui, Bu Nunuk bukan haji furoda, namun backpacker.

"Terakhir-terakhir pihak travel bilang ke ayah saya. Katanya ini bukan travel, tapi backpacker, haji backpacker. Dari situ ayah saya bilang, kalau ayah saya backpacker dan kesannya nggak ada travel di sini," terang Rizaldi.

Menurutnya, saat itu kedua orang tuanya juga tidak terbuka dengan keberangkatan haji dan nama travel yang dipakai. Dia dan keluarga lainnya baru mengetahui saat sudah muncul kejadian-kejadian di Arab Saudi.

"Kami tahu mama dikejar-kejar polisi, didobrak polisi sampai ketangkap polisi. Nangis-nangis, ayah pakai baju cewek, pakai cadar untuk mengelabui petugas. Ya, baru tahu ceritanya itu. Waktu telepon itu kami juga mencari tahu, kenapa kok sampai seperti ini?" ceritanya.

Rizaldi menyebut, orang tuanya mencari dan mengurus sendiri saat mencari travel untuk haji. Padahal, biaya haji furoda yang dibayarkan tidak murah dan mencapai ratusan juta per orang.

"Mama saya bilang seperti itu (furoda). Nggak ada kepikiran apa-apa, mikir pasti balik. Kami nggak tahu kalau mama seperti itu. Padahal, harganya sama kayak furoda, ratusan juta. Di atas Rp 200 juta untuk satu orang," ujar Rizaldi.

Sementara istri Rizaldi, Siska Ayu (29) mengatakan, sebenarnya ini bukan pertama kalinya Bu Nunuk pergi ke tanah suci. Namun, travel yang digunakan haji ini berbeda dengan travel umrah yang biasanya dipakai Bu Nunuk pergi umrah.

"Mama tiga kali travel terpercaya, kok pakai travel asing, ternyata pakai rekomendasi teman," kata Siska.

Ia mengaku sudah merasa curiga saat kedua mertuanya berangkat haji dari Bandara Juanda pada Sabtu 17 Mei 2024, namun tidak memakai seragam layaknya jemaah haji lainnya. Saat itu, alasan pihak travel karena bukan dari pemerintah langsung.

Kemudian rombongan travel berangkat dari Surabaya dengan sepuluh orang menuju Jakarta untuk transit. Lalu terbang ke Riyadh, Arab Saudi. Selanjutnya melanjutkan perjalanan dengan kereta api hingga tiba di tujuan.

"Kecurigaan kami, nggak pakai baju haji seperti umumnya jemaah haji. Biasanya di bandara pakai, itu nggak pakai. Katanya furoda bukan dari pemerintah. Lalu sampai sana (Arab Saudi) 19 Mei 2024. Selama di sana sering telepon seperti banyak razia, dikejar-kejar polisi Arab Saudi. Karena dari visa bukan visa haji, tapi kunjungan pribadi," jelasnya.

"Karena kendala visa jadi kejar-kejaran. Keluar hotel banyak polisi, kalau ketangkep dideportasi," tambahnya.




(irb/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads