Seperti tahun-tahun sebelumnya, 3 desa di Kabupaten Mojokerto dilanda kekeringan sepanjang musim kemarau. Sedikitnya 8.320 jiwa mengalami krisis air bersih.
Dampak kekeringan paling luas di Desa Kunjorowesi, Kecamatan Ngoro. Terdapat 1.558 KK atau 4.937 jiwa yang saat ini mengalami krisis air bersih. Yaitu 850 KK atau 1.625 jiwa di Dusun Kunjoro dan 708 KK atau 3.312 jiwa di Dusun Kandangan.
Warga Dusun Kandangan, Auliyah (48) menuturkan, krisis air bersih terjadi sejak Mei 2024. Yaitu sejak memasuki musim kemarau. Sedangkan selama musim hujan, warga menampung air hujan di kolam masing-masing untuk mandi, mencuci dan masak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak ada sumber air sejak dulu. Dibor pun terhalang batu. Kami berharap bantuan air terus dikirim ke sini," terangnya kepada detikJatim di Dusun Kandangan, Kamis (25/7/2024).
![]() |
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Mojokerto Abdul Khakim menjelaskan, krisis air bersih juga melanda Desa Manduro Manggung Gajah, Kecamatan Ngoro. Terdapat 597 KK atau 1.861 jiwa yang terdampak di desa ini. Terdiri dari 305 KK atau 996 jiwa di Dusun Buluresik dan 292 KK atau 865 jiwa di Dusun Gajah Mungkur.
Kekeringan saat ini juga melanda Desa Duyung, Kecamatan Trawas. Sedikitnya 483 KK atau 1.522 jiwa mengalami krisis air bersih di desa ini. Dengan rincian 253 KK atau 789 jiwa di Dusun Bantal dan 230 KK atau 702 jiwa di Dusun Duyung.
Tiga desa yang dilanda kekeringan sama-sama terletak di kaki Gunung Penanggungan. Menurut Khakim, tidak ada sumber air sama sekali di Desa Kunjorowesi dan Manduro Manggung Gajah. Selama musim hujan, penduduk 2 desa itu menampung air hujan di kolam masing-masing.
Selain itu, warga Dusun Kunjoro juga mengandalkan air dari Dusun Bantal yang disalurkan melalui pipa. Namun, dalam kondisi kemarau saat ini, sumber air di Dusun Bantal kian menipis. Oleh sebab itu, penduduknya juga dilanda krisis air bersih.
"Di Desa Duyung faktornya kekurangan air, sumbernya kecil saat musim kemarau, tidak sesuai kebutuhan masyarakat," jelasnya.
Pemkab Mojokerto, lanjut Khakim, sejatinya turun tangan mencarikan sumber air bagi warga Desa Kunjorowesi dan Manduro Manggung Gajah. Namun, pengeboran terganjal biaya dan teknologi. Karena air berada di kedalaman 200 meter dengan karakter lapisan tanah banyak bebatuan besar.
"Kami ajukan pemgambilan air dari Dlundung, Desa Ketapanrame, Trawas dibawa ke situ. Namun, masih dikaji biayanya. Belum lagi masyarakat setempat apakah membolehkan," cetusnya.
Sebagai penanganan sementara, Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati mengeluarkan surat keputusan (SK) tentang Status Siaga Darurat Bencana Kekeringan dan Karhutla mulai 19 Juni sampai 15 November 2024. Sehingga BPBD setempat menyalurkan bantuan air bersih untuk 3 desa tersebut.
Menurut Khakim, pihaknya mengirim 10 tangki air bersih setiap harinya. Masing-masing tangki berkapasitas 4.000 liter. Desa Kunjorowesi mendapatkan jatah 4 tangki/hari, sedangkan Desa Manduro Manggung Gajah dan Duyung masing-masing 3 tangki.
"Kami droping air bersih 30 hari, mulai 1 Juli sampai 3 Agustus 2024. Jadi, setiap harinya 10 tangki, droping dari pagi sampai siang," tandasnya.
(abq/iwd)