Suasana haru menyelimuti SDN Widoro, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo. Para siswa meminta pihak sekolah agar mereka tidak dipindahkan atau merger ke sekolah lain.
Puluhan siswa-siswi dari kelas 1 sampai kelas 6 itu bahkan menangis di pelukan salah satu gurunya setelah mengetahui kedatangan perwakilan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dispendik) Kabupaten Probolinggo untuk musyawarah.
Sebelum musyawarah dengan perwakilan dispendik dan jajaran sekolah sertawali murid, puluhan siswa-siswi yang memakai baju batik berkumpul di depan ruang musyawarah dengan membentangkan selebaran bertulis nada protes.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencananya, siswa-siswi SDN Widoro dimerger dengan SDN Gebangan, Kecamatan Krejengan. Hal itu dilakukan, lantaran kuota minimal untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) di SDN Widoro tidak terpenuhi. Tahun ajaran baru 2024, ada 48 siswa aktif meski pihak sekolah melakukan sistem multigrade.
Salah seorang siswi SDN Widoro kelas 5, Chusnul Chotimah, mengaku enggan dipindah ke sekolah lain lantaran merasa nyaman dan betah menambah ilmu di sekolah tersebut.
Salah seorang wali murid SDN Widoro, Inayah mengatakan kalau wali murid lainnya ikut menolak pemindahan tempat belajar siswa, dengan alasan bakal mengganggu mental anak. Selain itu, jarak tempuh yang harus dilewati.
"Kami pihak orang tua tetap memohon, agar tempat sekolah siswa tidak dipindahkan. Karena kami khawatir mengganggu mental anak-anak kami. Belum lagi saat kita ada kerjaan lainnya, jadi kasihan kalau berangkat sendiri," curhatnya.
Menanggapi hal itu, Kepala SDN Widoro, Syaiful Anshori menjelaskan alasan dispendik melakukan merger dengan pertimbangan matang dan kebaikan pendidikan.
"Beberapa alasan di antaranya demi efisiensi anggaran, jumlah murid yang tidak mencapai 60 siswa-siswi, serta memenuhi kekurangan guru di Kecamatan Krejengan," ujar Syaiful.
"Sebenarnya di sini, kita sudah multigrade, yakni menggabungkan kelas 1 dan 2, 3 dan 4, kemudian 5 dan 6. Untuk tenaganya juga lengkap, ada tiga guru kelas, ditambah guru olah raga, agama, penjaga, operator, dan saya kepala sekolah," pungkasnya.
(dpe/fat)