Viral SDN 2 Karangpatihan di Kecamatan Pulung Ponorogo yang membuat siswanya belajar di bawah bangunan reyot. Dinas Pendidikan (Dindik) Ponorogo pun melihat langsung kondisi sekolah tersebut.
Kepala Dindik Ponorogo, Nurhadi Hanuri mengatakan kondisi SDN 2 Karangpatihan itu memang tidak layak digunakan. Terutama pada beberapa ruang kelasnya.
"Hanya ada 2 kelas yang memang bisa dipakai," tutur Nurhadi kepada wartawan, Selasa (23/7/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nurhadi menyatakan penanganan dengan Dana Alokasi Umum (DAU) sangat terbatas. Karena itu dia akan mengajukan anggrek perbaikan sekolah melalui Perubahan Anggaran Keuangan (PAK) Pemkab Ponorogo.
"Selain itu, kami juga akan kolaborasi dengan seluruh anggota DPRD Ponorogo yang ada di Dapil itu untuk mengalokasikan anggaran ke sana," jelas Nurhadi.
Meski demikian, dia juga pesimistis soal pengajuan anggaran melalui PAK, karena anggaran APBD memang terbatas. Kalau pun dibangun dengan dana PAK baru bisa dialokasikan pada 2025.
"Kami juga harus bekerja sama dengan ahli konstruksi. Karena di sana tanahnya labil," imbuh Nurhadi.
![]() |
Menurutnya, perlu konstruksi bangunan yang sesuai dengan kondisi tanah di bawah sekolah itu. Karena tanah yang labil jika dibangun tanpa konstruksi yang tepat tetap saja temboknya bakal retak.
"Sehingga gimana caranya membangun tapi tidak beresiko seperti sekarang ini. Karena tanahnya labil sehingga bangunannya pecah-pecah,"ungkap Nurhadi.
Disinggung soal tidak terpantaunya kondisi SDN 2 Karangpatihan, Nurhadi mengaku sudah ada perhatian. Sudah ada rencana perbaikan pada 2022. Tapi karena terkena refocusing akibat COVID-19 akhirnya belum tuntas.
"Karena ada refocusing, yang bisa direhabilitasi hanya dua bangunan. Ruang guru dan satu ruang kelas," tandas Nurhadi.
Nurhadi sendiri masih merencanakan bangunan yang sesuai kondisi yang ada dan bakal awet. Melihat kondisi yang memprihatinkan saat ini, sementara anak-anak akan dipindahkan belajar si masjid di lingkungan sekolah.
"Masjid itu bisa kita gunakan untuk pembelajaran, kita kasih karpet atau tikar. Disana nanti untuk kelas 4 dan kelas 5 karena (ruangannya) paling mengkhawatirkan," kata Nurhadi.
Nurhadi sendiri berencana untuk mengajukan usulan perbaikan sekolah itu sebesar Rp 600 juta. Dana itu untuk menyesuaikan konstruksi bangunan dengan tanah yang labil.
"Yang penting konstruksinya, entah nanti temboknya pakai bata atau tidak, kita melihat kondisi yang ada," pungkas Nurhadi.
(dpe/iwd)