Ratusan warga Kelurahan Ploso, Pacitan berkumpul di Pantai Pancer. Mereka serentak menanam Cemara Udang di hamparan pasir yang berbatasan dengan Samudera Indonesia. Aksi tersebut merupakan bagian dari upaya pengurangan risiko ancaman bencana gempa dan tsunami.
"Kegiatan ini merupakan bentuk mitigasi berbasis vegetasi, di mana jenis tanaman yang kita tanaman di sepanjang pantai adalah cemara udang. Total ada 650 batang (cemara udang) yang kita tanam," kata Asisten Tenaga Ahli Advokasi dan Komunikasi Asisten Tenaga Ahli Advokasi dan Komunikasi Indonesia Disaster Resilience Initiative Project (IDRIP) Erycka Yusuf Adyta Surya, Minggu (21/7/2024).
Adapun pihak yang terlibat dalam penanaman, lanjut Erik, masing-masing dari unsur Kelurahan Ploso serta Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB). Pantai Pancer sendiri dipilih karena lokasinya berada di zona merah Gempa dan Tsunami sekaligus bagian terluar Kabupaten Pacitan di sisi Selatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penanaman Greenbelt (sabuk hijau) merupakan rangkaian akhir dari Program Fasilitasi Penguatan Ketangguhan Masyarakat yang dihelat pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Kegiatan juga didukung oleh Bank Dunia melalui program IDRIP.
"Selama setahun terakhir kami melaksanakan pertemuan dan kegiatan sebanyak 31 kali dengan 10 output yang telah ditentukan oleh BNPB," terang Erik
"Tentu saja jenis kegiatan bermacam-macam, semuanya bermuara pada upaya peningkatan kapasitas masyarakat di kawasan rawan Gempa dan Tsunami di Pacitan," imbuhnya.
Bersamaan upaya peningkatan kesiapsiagaan masyarakat, sosialisasi juga gencar dilakukan. Hal itu juga dibarengi pembuatan Tempat Evakuasi Akhir (TEA) sekaligus penyiapan jalur evakuasi maupun rambu penunjuk arah. Dengan begitu masyarakat memiliki panduan baku menuju tempat aman jika terjadi gempa besar.
"Saya yakin upaya yang dilakukan ini bermanfaat bagi warga masyarakat. Hal ini sekaligus sebagai wujud ikhtiar dalam rangka pengurangan risiko bencana gempa dan tsunami, karena seperti kita ketahui bahwa Kelurahan Ploso merupakan salah satu zona merah," kata Lurah Ploso, Aswin Rikha Wijaya kepada detikJatim.
"Ke depan kami harapkan upaya sosialisasi oleh FPRB dan relawan yang telah memiliki pengetahuan terus dilakukan. Dengan demikian masyarakat mendapatkan informasi yang benar sehingga tidak panik, tapi sebaliknya siapsiaga," harap Aswin yang sebelumnya menjabat di BPBD.
(hil/iwd)