Status Gunung Semeru Diturunkan Jadi Waspada, Begini Evaluasi PVMBG

Status Gunung Semeru Diturunkan Jadi Waspada, Begini Evaluasi PVMBG

Denza Perdana - detikJatim
Senin, 15 Jul 2024 18:45 WIB
Visual Gunung Semeru periode 1 Januari-14 Juli 2024 hingga diturunkan statusnya jadi Level II (Waspada).
Visual Gunung Semeru periode 1 Januari-14 Juli 2024 hingga diturunkan statusnya jadi Level II (Waspada).(Foto: Istimewa/dok. PVMBG)
Lumajang -

Status aktivitas Gunung Semeru diturunkan dari Level III (Siaga) menjadi Level II (Waspada). PVMBG mendasarkan penurunan status ini berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan.

Penurunan status Gunung Semeru ini termuat dalam surat resmi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Kementerian ESDM nomor 968. Lap/GL.03/BGV/2024.

Dalam surat yang ditandatangani Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Dr. Priatin Hadi Wijaya, S.T., M.T itu disebutkan penurunan status Gunung Semeru terhitung mulai Senin (15/7/2024) pukul 15.00 WIB.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Berdasarkan analisis dan evaluasi menyeluruh hingga 14 Juli 2024, maka tingkat aktivitas G. Semeru terhitung dari tanggal 15 Juli 2024 pukul 15:00 WIB diturunkan dari Level III (Siaga) menjadi Level II (Waspada)," demikian bunyi surat yang diterima detikJatim.

PVMBG telah melakukan analisis dan evaluasi sejak September 2023 hingga Minggu 14 Juli 2024. Aktivitas erupsi, awan panas, dan guguran lava Gunung Semeru masih terjadi.

ADVERTISEMENT

Namun, PVMBG menilai tekanan pada tubuh gunung api tertinggi di Jawa itu tidak mengalami peningkatan berdasarkan analisis variasi kecepatan seismik (dv/v) dari hasil pemantauan seismik ambient noise hingga 14 Juli.

"Nilai dv/v (variasi kecepatan seismik) dari hasil pemantauan seismik ambient noise di G. Semeru sampai 14 Juli 2024 mempunyai nilai yang positif dengan simpangan yang besar yang diinterpretasikan bahwa tidak terjadi peningkatan stress atau tekanan pada tubuh gunungapi," demikian hasil evaluasi PVMBG dalam surat penurunan status Gunung Semeru.

"Hasil pemantauan nilai dv/v sejak September 2020 menunjukkan bahwa kejadian awan panas besar (berjarak lebih dari 5 km dari puncak) diawali penurunan nilai dv/v pada 1-4 bulan sebelumnya. Penurunan nilai dv/v terakhir terjadi Februari 2024, diikuti kejadian awan panas dengan durasi 2.706 detik (visual tidak teramati) pada 28 Maret 2024. Sejak Maret 2024 hingga sekarang, nilai dv/v bernilai positif," sambung PVMBG.

Meski 'tingkat stres' Gunung Semeru tidak mengalami peningkatan, PVMBG menegaskan bahwa aktivitas Gunung Semeru seperti erupsi, awan panas, dan guguran lava masih terjadi hingga 14 Juli 2024 walaupun secara visual jarang teramati karena kendala cuaca berkabut.

"Data menunjukkan bahwa kejadian awan panas yang termati sejak Januari 2023 pada umumnya berjarak 800-3.000 meter dari puncak, dan guguran lava yang teramati pada umumnya berjarak 200-2.500 meter dari Puncak," sebut PVMBG.

PVMBG juga mengingatkan bahwa berdasarkan hasil analisis, akumulasi material hasil erupsi (letusan dan aliran lava) maupun pembentukan "scoria cones" masih berpotensi menjadi guguran lava pijar ataupun awan panas.

Selain itu, material guguran lava dan atau awan panas yang sudah terendap di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Semeru berpotensi menjadi lahar jika berinteraksi dengan air hujan.

Bukan cuma itu saja, interaksi endapan material guguran lava atau awan panas yang bersuhu tinggi dengan air sungai juga akan berpotensi menjadikannya erupsi sekunder.

Dalam periode itu, jumlah gempa yang terekam menunjukkan aktivitas kegempaan di Gunung Semeru juga masih tinggi. Terutama gempa Letusan, Guguran, Harmonik dan Vulkanik Dalam. Meskipun ada yang terpantau mengalami penurunan.

"Pada periode ini terjadi penurunan Gempa Vulkanik Dalam akan tetapi Gempa Letusan mengalami peningkatan yang cukup signifikan mengindikasikan adanya peningkatan pelepasan material ke permukaan serta proses penumpukan material hasil letusan di sekitar kawah Jonggring Seloko," sebut PVMBG.

Untuk itulah, meski telah menurunkan status Gunung Semeru dari sebelumnya Level III (Siaga) menjadi Level II (Waspada) PVMBG tetap mengeluarkan rekomendasi bagi masyarakat dan wisatawan.

Berikut ini rekomendasi PVMBG seiring penurunan status Gunung Semeru menjadi Level II (Siaga).

1. Masyarakat/pengunjung/wisatawan tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 8 km dari puncak (pusat erupsi). Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 km dari puncak.

2. Masyarakat tidak beraktivitas dalam radius 3 Km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).

3. Masyarakat mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.

4. Masyarakat dapat memantau perkembangan aktivitas dan rekomendasi G. Semeru melalui aplikasi MAGMA Indonesia yang dapat diunduh di Google Playstore atau melalui website https://magma esdm.go id, https://vsi.esdm.go.id/ dan http"//geologi.esdm.go.id.

5. Pemerintah Daerah, BPBD Provinsi dan Kabupaten agar senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Api Semeru di daerah Gunung Sawur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung.

PVMBG menyatakan, tingkat aktivitas Gunung Semeru ini akan dievaluasi kembali secara berkala atau jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan.

Lembaga di bahwa Badan Geologi itu juga menyatakan bahwa aktivitas dan rekomendasi Gunung Semeru ini tetap berlaku selama surat atau laporan evaluasi berikutnya belum diterbitkan.




(dpe/iwd)


Hide Ads