Muncul fakta baru di tengah polemik pencopotan Prof Dr dr Budi Santoso SpOG FER sebagai Dekan FK Unair usai penolakannya terhadap rencana Menkes Budi Gunadi Sadikin mendatangkan dokter asing. Menkes Budi ternyata merupakan anggota Majelis Wali Amanat (MWA) Unair.
Seperti termuat dalam situs resmi Unair, nama Budi Gunadi Sadikin tercantum sebagai anggota MWA dari unsur masyarakat. Dalam organ Unair yang diketuai oleh Prof. (HCUA) Dr. H. Sunarto, S.H., M.H itu juga tercatat sejumlah nama menteri, bahkan Wakil Presiden Ma'ruf Amin.
Sama seperti Menkes, Wapres Ma'ruf Amin tercatat sebagai anggota MWA dari unsur masyarakat. Selain itu, nama Nadiem Anwar Makarim juga tercatat sebagai anggota MWA dari unsur ex-officio Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, serta Prof Dr Muhadjir Effendy sebagai anggota dari unsur Masyarakat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari situs yang sama dijelaskan, MWA Unair adalah organ UNAIR yang menjalankan fungsi penetapan dan pertimbangan pelaksanaan kebijakan umum dengan jumlah anggota 21 orang terdiri dari sejumlah unsur.
Anggota MWA terdiri dari unsur menteri, rektor, 6 anggota dari unsur Senat Akademik, 1 dari unsur dosen, 1 dari unsur tenaga kependidikan, dan 11 orang dari unsur masyarakat.
Dalam organ ini terdapat unsur kelengkapan dalam menjalankan fungsinya yaitu Komite Audit (KA) yang bertugas mengevaluasi hasil audit Universitas Airlangga secara independen.
Jumat lalu, sejumlah civitas academica Unair yang tergabung dalam aksi Ksatria Airlangga Bela Prof BUS diajak bertemu Rektor Unair Prof Nasih. Dalam pertemuan itu Rektor Unair menyatakan akan membuka kembali dialog mengenai pencopotan Prof BUS sebagai Dekan FK Unair usai menolak dokter asing.
"Kemarin beberapa orang perwakilan, ada saya, Prof Dikma, dr Aryo Jatmiko, dr Yuusuf dan beberapa teman-teman diundnag Pak Rektor hadir di ruang kerja beliau. Kami sampaikan keinginan dan tuntutan teman-teman semua. Respons dari Rektor dan jajaran, beliau akan membuka lagi dialog. Artinya akan ada pertimbangan-pertimbangan yang akan diambil," kata Dr. dr. Yan Efrata Sembiring, Sp.B, Sp.BTKV(K) selaku Korlap Aksi Bela Prof Bus.
Dr Yan Efrata menyatakan Prof Nasih selaku Rektor tidak memberikan kepastian kapan pertimbangan-pertimbangan dan dialog yang dijanjikan akan diputuskan dan dilakukan. Dr Yan menyatakan Prof Nasih masih akan membicarakan hal itu dengan sejumlah unsur di Unair, termasuk MWA.
"Sampai kemarin beliau tidak menyebutkan secara pasti apa hasil keputusannya pertimbangannya karena masih akan dibicarakan dengan berbagai unsur lain salah satunya di Unair ada majelis wali amanat, senat, dan sebagainya
"Prinsipnya beliau berterima kasih atas masukannya dan akan melakukan sesuatu yang terbaik bagi Unair dan tentunya untuk Prof BUS. Sehingga yang disampaikan teman-teman itu bisa diakomodir, harapan kami kami tegas. Keinginan kami cuma satu. Sebisanya Prof BUS kembali jadi dekan FK," ujarnya.
Kemarin, Prof BUS mendatangi rektorat Unair didampingi sejumlah advokat dari LBH Surabaya untuk menyampaikan surat yang mempertanyakan alasan rektor mencopot dirinya. Dia berharap dengan adanya penjelasan itu, tidak ada lagi spekulasi di masyarakat.
"Dengan surat ini saya berharap nanti akan ada dialog yang baik antara kami dengan pimpinan universitas untuk menghasilkan solusi yang baik demi rumah besar kita, Unair," jelasnya.
Dia mengaku niatnya datang ke Rektorat Unair pada Senin sore ini bukan niat macam-macam. Dia hanya mengantarkan surat pernyataan dan permohonan klarifikasi tentang alasan pencopotan dirinya sebagai Dekan FK Unair.
"Ada satu hal yang perlu saya sampaikan, kami datang ke kampus C ke kantor rektor dengan niatan baik. Kami ingin mengantarkan sebuah surat yang isinya klarifikasi dan mempertanyakan alasan dan prosedur apa yang diberlakukan sehingga SK (Pemberhentian) itu begitu singkatnya saya dapatkan. Supaya kami dapat penjelasan," ujarnya.
Harapannya dengan adanya klarifikasi atau jawaban yang jelas dari pihak rektorat tentang alasan pemberhentian dirinya, publik mendapatkan informasi yang utuh dan tidak menimbulkan spekulasi.
"Dengan surat ini saya berharap ada dialog yang baik antara kami dengan pimpinan universitas sehingga ada solusi yang baik pula demi rumah besar kita Unair. Karena rumah besar ini harus kita rawat dengan hati yang lebar, pikiran yang lapang, dan jiwa yang tenang. Kami ingin Unair tetap maju dan berkembang," ujarnya.
Prof BUS menegaskan dirinya tidak akan menempuh langkah hukum meski kedatangannya ke Rektorat Unair didampingi sejumlah Tim Advokat dari LBH Surabaya dan KIKA.
"Saya itu, kan, orang yang enggak ngerti hukum. Saya itu kan pekerjaannya operasi (Pasien), ngajar, bimbing operasi. Maka kami bertanya baik-baik. Nah kami ditemani oleh teman-teman LBH dan teman-teman KIKA," tegasnya.
(dpe/fat)