FK Unair Teliti Dokter PPDS Rawan Alami Stres Padahal Sudah Dites

FK Unair Teliti Dokter PPDS Rawan Alami Stres Padahal Sudah Dites

Esti Widiyana - detikJatim
Kamis, 27 Jun 2024 14:41 WIB
Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) Prof Budi Santoso.
Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) Prof Budi Santoso. (Foto: Dok. Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya - Dokter yang menjalani Pendidikan Program Dokter Spesialis (PPDS) rawan mengalami stres. Tugas melayani pasien dan ujian di hari yang sama bisa menjadi beban bagi para dokter yang sedang menjalani PPDS.

Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) Prof Budi Santoso menyatakan kecenderungan yang menyebabkan dokter PPDS stres padahal sudah dinyatakan lolos tes psikologi itu saat ini sedang diteliti oleh fakultas yang dia pimpin.

Budi menyatakan bahwa penelitian itu dilakukan setelah ramai isu banyak mahasiswa PPDS mengalami stres. Padahal, menurutnya stres bisa terjadi pada profesi atau pendidikan apapun selain dokter.

"Proses stres bisa terjadi di semua level pendidikan. Spesialis kewajiban kita bersama menciptakan suasana pendidikan yang happy dan tidak menakutkan," kata Prof Budi usai melantik dokter spesialis di Aula FK Unair, Kamis (27/6/2024).

Untuk menentukan mahasiswa cocok atau tidak dengan spesialisasi yang dipilih, FK Unair menerapkan SOP Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI) atau tes psikologi. Karena ada beberapa bidang yang rawan mengalami stres.

"Bidang penuh stres seperti bedah jantung, obgyn, kardiologi, itu kan keadaan darurat mungkin akan beda dengan andrologi, kulit kelamin," katanya.

Kemampuan menjalani pendidikan spesialis bisa ditentukan dari standar minimal nilai. Bila nilai 3 ke bawah maka tidak direkomendasikan. Namun bila nilai 5 ke atas baru bisa direkomendasikan.

Namun, belakangan ini mahasiswa yang sudah memenuhi standar minimal nilai ternyata masih bisa berubah saat dites ulang usai menjalani pendidikan.

"Ada, itu yang kami teliti. Bisa (berubah). Jadi gini kalau sudah proses diterima ada masalah dulu sekolah pinter, sekarang penelitian nggak dikerjakan, menangani pasien problem terus, lalu MMPI ulang ternyata nggak cocok," katanya.

Salah satu lulusan PPDS FK Unair, dr Mohammad Maksum Zainuri SpB (35) bercerita pernah mengalami stres saat kuliah PPDS. Namun ia tak ingin berlarut dan sadar akan tujuannya ingin menjadi dokter spesialis bedah.

"Tekanan stres. Ketika kita jaga, ketika menghadapi mau operasi, sedang operasi. Kami diajarkan merawat pasien sungguh-sungguh, merawat pasien sebagaimana kita ingin dirawat," ujar Maksum yang baru saja dilantik.

Namun, ada saatnya ketika dirinya mengalami stres. Bahkan dirinya baru mampu menyelesaikan perkuliahan PPDS dengan batas maksimal, yakni setelah 6 tahun.

"Stres banget pas mau ujian, penguasaan materi belum baik. Ujian nyambi pelayanan, semua dikerjakan jadi satu. Biar nggak stres, sebelum dan sesudah operasi telepon ibu, istri, di situ dapat semangat baru. Recharge energi biar nggak stres dengan menyalurkan hobi sepak bola," katanya.


(dpe/fat)


Hide Ads