Hukum Merayakan Tahun Baru Islam dengan Meriah

Hukum Merayakan Tahun Baru Islam dengan Meriah

Najza Namira Putri - detikJatim
Rabu, 26 Jun 2024 19:30 WIB
Islamic decoration background with mosque cartoon style, copy space text, ramadan kareem, mawlid, iftar, isra miraj, eid al fitr adha, muharram, 3D illustration.
Ilustrasi Tahun Baru Islam. Foto: Getty Images/iStockphoto/sofirinaja
Surabaya -

Tahun baru Islam dirayakan setiap 1 Muharam. Pada momentum ini, muslim merayakannya dengan berbagai kegiatan. Mulai dari kumpul keluarga hingga bermain kembang api.

Lantas, bagaimana hukumnya merayakan tahun baru Islam secara meriah? Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.

Hukum Merayakan Tahun Baru Islam

Mengacu pada laman Nahdlatul Ulama (NU), hukum merayakan tahun baru sebenarnya boleh-boleh saja. Asalkan dilakukan dengan cara yang sesuai syariat, seperti tidak bermaksiat. Keterangan ini berdasarkan pendapat Mufti Agung Mesir Syekh Athiyyah Shaqr dalam kitab Fatawa Al-Azhar Juz X.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada kitab tersebut, ia menerangkan bersenang-senang dengan keindahan hidup seperti makan, minum, dan membersihkan diri diperbolehkan. Kegiatan itu diperbolehkan selama masih selaras dengan syariat, tidak mengandung unsur kemaksiatan, tidak merusak kehormatan, dan bukan berangkat dari akidah yang rusak.

Sementara Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki dalam kitab Mafahim Yajibu an Tushahihah menyebut peringatan tahun baru bagian dari tradisi yang tidak terdapat korelasinya dengan agama. Sehingga tidak bisa dikategorikan sebagai sesuatu yang disyariatkan ataupun disunahkan.

ADVERTISEMENT

Dengan begitu, perayaan tahun baru Islam sah-sah saja dilakukan asalkan tidak mendatangkan mudharat, merusak, merugikan, mendatangkan penyakit, permusuhan, hingga merusak hubungan sosial. Tahun baru Islam boleh dirayakan dengan meriah selama bertujuan untuk syiar Islam dan bergembira dengan syiar Islam.

Perayaan tahun baru Islam yang dilarang adalah kegiatan-kegiatan yang mengarah pada kemaksiatan, berhura-hura, bahkan berbuat dosa. Maka dari itu, rayakanlah tahun baru Islam dengan hal-hal baik yang membawa manfaat.

Selama dilakukan tidak dengan kemaksiatan, tidak berhura-hura, tidak berbuat dosa adalah boleh.

Contohnya, pada malam tahun baru Hijriyah 1445 H, jamaah masjid Al-Barkah, RT 11/08 Lebak Sari, Kelurahan Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jaksel, yang merupakan masjid lingkungan domisili penulis sendiri, tadi malam mengadakan pawai tahun baru Islam.

Amalan Awal Tahun Baru Islam

Mengutip pada sumber yang sama, ada banyak amalan yang bisa ditunaikan saat awal tahun baru Islam. Berikut ini amalan yang dianjurkan bagi umat Islam untuk menyambut 1 Muharam.

1. Puasa Sunah Muharam

Umat Islam yang mengerjakan puasa satu hari ketika bulan Muharam pahalanya senilai 30 hari berpuasa. Pernyataan tersebut sebagaimana hadis berikut ini.

عَنِ ابْنِ عَبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ كَاَن لَهُ كَفَارَةً سَنَتَيْنِ، وَمَنْ صَامَ يَوْمًا مِنَ الْمُحَرَّمِ فَلَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ ثَلَاثُونَ يَوْمًا. (رواه الطبراني في الصغير وهو غريب وإسناده لا بأس به)

Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: 'Rasulullah saw bersabda: 'Orang yang berpuasa pada hari Arafah maka menjadi pelebur dosa dua tahun, dan orang yang berpuasa sehari dari bulan Muharram maka baginya sebab puasa setiap sehari pahala 30 hari puasa'. (HR at-Thabarani).

2. Membaca Doa Awal Tahun

Melantunkan doa awal tahun dengan harapan agar Allah SWT memberi anugerah rahmat, kesehatan, keselamatan, kelapangan rezeki, jodoh, dan berbagai kebaikan lainnya.

Doa awal tahun dibaca sebanyak tiga kali. Adapun bunyi lafal doa awal tahun sebagai berikut.

اَللّٰهُمَّ أَنْتَ الأَبَدِيُّ القَدِيمُ الأَوَّلُ وَعَلَى فَضْلِكَ العَظِيْمِ وَكَرِيْمِ جُوْدِكَ المُعَوَّلُ، وَهٰذَا عَامٌ جَدِيْدٌ قَدْ أَقْبَلَ، أَسْأَلُكَ العِصْمَةَ فِيْهِ مِنَ الشَّيْطَانِ وَأَوْلِيَائِهِ، وَالعَوْنَ عَلَى هٰذِهِ النَّفْسِ الأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ، وَالاِشْتِغَالَ بِمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْكَ زُلْفَى يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ

Latin: Allâhumma antal abadiyyul qadîmul awwal. Wa 'alâ fadhlikal 'azhîmi wa karîmi jûdikal mu'awwal. Hâdzâ 'âmun jadîdun qad aqbal. As'alukal 'ishmata fîhi minas syaithâni wa auliyâ'ih, wal 'auna 'alâ hâdzihin nafsil ammârati bis sû'I, wal isytighâla bimâ yuqarribunî ilaika zulfâ, yâ dzal jalâli wal ikrâm.

Artinya: Tuhanku, Kau yang Abadi, Qadim, dan Awal. Atas karunia-Mu yang besar dan kemurahan-Mu yang mulia, Kau menjadi pintu harapan. Tahun baru ini sudah tiba. Aku berlindung kepada-Mu dari bujukan Iblis dan para walinya di tahun ini. Aku pun mengharap pertolongan-Mu dalam mengatasi nafsu yang kerap mendorongku berlaku jahat. Kepada-Mu, aku memohon bimbingan agar aktivitas keseharian mendekatkanku pada rahmat-Mu. Wahai Tuhan Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan.

Artikel ini ditulis oleh Najza Namira Putri, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads