Menilik Masjid Kampoeng Njarak-Desa Asmaul Husna di Eks Lokalisasi Surabaya

Menilik Masjid Kampoeng Njarak-Desa Asmaul Husna di Eks Lokalisasi Surabaya

Aprilia Devi - detikJatim
Senin, 24 Jun 2024 13:22 WIB
Masjid Kampoeng Njarak dan Desa Asmaul Husna di eks lokalisasi Jarak Surabaya
Masjid Kampoeng Njarak di eks lokalisasi Jarak Surabaya (Foto: Rifki Afifan Pridiasto/detikJatim)
Surabaya -

Satu dekade lalu, kawasan prostitusi di Gang Dolly, termasuk di kawasan Gang Jarak telah ditutup oleh Pemkot Surabaya. Namun ternyata sempat ada praktik gelap prostitusi yang tersisa hingga beberapa tahun setelahnya, seperti di Jalan Putat Jaya Barat VI B.

Ada salah satu wisma di sana, yakni wisma nomor 15 yang masih sempat menjalankan bisnis gelap prostitusi usai penutupan Gang Dolly. Hal itu diungkapkan oleh Ketua RT 2 RW 11, Eko Prasetia.

"Setelah 2014 masih banyak kegiatan di kawasan Jarak Dolly, salah satunya di sini. Hiruk pikuknya Dolly masa lalu mirip, kalau Dolly lebih ke eksklusifnya, kalau di sini seperti rumah-rumah. Walaupun 2014 ditutup, masih banyak warga yang kucing-kucingan," ujar Eko saat dijumpai detikJatim, Senin (24/6/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Eko menjelaskan, cukup sulit bagi warga sekitar Kampung Njarak, sebutan kampung di jalan itu, untuk bangkit dari keterpurukan pascapenutupan kawasan prostitusi.

"Padahal Kampung Njarak juga sebagai warga asli yang terdampak lokalisasi dan hidupnya sangat bergantung pada itu. Di sini, warga yang berusaha berubah sempat kesusahan," jelas Eko.

ADVERTISEMENT

Namun, warga sekitar yang sudah terlebih dahulu sadar akan dampak negatif praktik prostitusi tak kehilangan semangat untuk ikut menghapuskan bisnis lendir di kawasan itu.

Salah satu perjuangan warga, yakni mengubah wisma nomor 15 eks lokalisasi itu menjadi masjid tempat syiar agama dan menghidupkan kampung madani di sana.

"(Bangunan) masjid ini dulu menjadi prostitusi terakhir. Dulunya wisma berbentuk kos 7 kamar yang dipakai praktik prostitusi. Warga awalnya ada, beberapa yang abai karena tidak merasa terganggu. Tapi gak lama yang punya (wisma) meninggal, terus ada yang beli dan diwakafkan untuk masjid. Akhirnya tahun 2022 dinaikkan untuk masjid," terang Eko.

Warga kemudian membangun dan menghidupkan masjid tersebut dari hasil swadaya. Masjid itu dinamai "Masjid Kampoeng Njarak". Berbagai fasilitas yang tersedia di masjid dua lantai itu, murni dari hasil iuran warga setempat.

Eko menyebut, masjid itu tidak hanya diisi oleh kegiatan salat berjemaah 5 waktu saja, namun ada kegiatan lain seperti rumah tahfiz, kajian, UMKM kuliner binaan masjid, dan berbagai kegiatan lainnya.

"Kampung ini bergerak dimulai dari masjid. Ketika ada masjid tidak hanya untuk ibadah, tapi warga juga merasakan dampaknya, seperti kalau ada kas masjid kita kelola uangnya diberikan sembako untuk warga (yang membutuhkan), akhirnya warga merasa saling memiliki," katanya.

Selain menggerakkan dan menghidupkan masjid, Jalan Putat Jaya Barat VI B yang dulunya ramai diisi oleh rumah karaoke dan rumah bordil kini juga telah bersolek. Usai praktik gelap itu dihapuskan, warga memasang 99 Asmaul Husna di sepanjang jalan gang itu.

"Lalu, di sepanjang jalan dipasang 99 asmaul khusna sebagai pengingat untuk warga agar tidak kembali terjerumus ke hal-hal buruk," terang Eko.

Sementara itu, Lurah Putat Jaya Bryan Ibnu Maskuwaih menjelaskan, Kampung Jarak, tepatnya di Jalan Putat Jaya Barat VI B kini dihuni oleh 50 bangunan dengan 45 KK dan menjadi salah satu pilot project Kampung Madani di Surabaya.

"Kampung ini menjadi salah satu pilot project Kampung Madani yang dikembangkan Pemkot Surabaya. Harapannya, warga bisa merasakan manfaat dari kehadiran Kampung Madani ini," tutur Bryan.




(hil/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads