Terowongan Mina merupakan salah satu infrastruktur yang disediakan Pemerintah Arab Saudi untuk memperlancar prosesi ibadah haji. Para jemaah akan melewati terowongan ini dari Makkah menuju Mina untuk bermalam sebelum pelaksanaan wukuf.
Namun, sebuah insiden memilukan rupanya pernah terjadi di Terowongan Mina. Insiden ini dikenal sebagai Tragedi Terowongan Mina yang terjadi pada tahun 1990.
Tragedi itu bahkan menelan ribuan korban jiwa. Hal tersebut disebabkan oleh jemaah haji saling berdesakan dan terlibat saling dorong karena kondisi yang minim oksigen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tragedi Terowongan Mina
Baca juga: Kapan Jemaah Haji Melewati Terowongan Mina? |
Kronologi Tragedi pada Tahun 1990
2 Juli 1990 menorehkan peristiwa paling memprihatinkan dalam sejarah penyelenggaraan ibadah haji. Tragedi Terowongan Mina bermula dari situasi terowongan yang kabarnya dipenuhi oleh 50 ribu orang. Padahal, terowongan tersebut hanya mampu menampung 26 ribu jemaah.
Menumpuknya jemaah awalnya disebabkan oleh tujuh orang jemaah haji yang jatuh dari jembatan penyeberangan. Ini disebabkan oleh rusaknya pagar pembatas. Persis di bawah jembatan itu, terdapat Terowongan Mina.
Jatuhnya tujuh orang yang berlokasi di mulut terowongan dekat jamarat memicu kepanikan jemaah haji. Hal ini membuat rombongan haji berhenti secara mendadak. Kepanikan tersebut juga menimbulkan rasa takut dan jalur keluar-masuk menjadi kacau.
Sementara di saat yang sama, ribuan jemaah tetap memaksa masuk hingga terjadi saling dorong. Kabar menyebutkan bahwa ini dilakukan jemaah untuk menghindari suhu panas di luar terowongan yang mencapai 44,44 derajat celcius.
Kondisi tersebut semakin diperparah oleh ventilasi yang buruk dan blower terowongan yang mati secara mendadak. Para jemaah mulai mengeluhkan minimnya oksigen dan udara panas.
Korban pun mulai berjatuhan akibat kehabisan napas. Situasi semakin tidak terkendali kala jemaah yang tak sadarkan diri justru terinjak-injak oleh jemaah lain. Buntutnya, mayat bergelimpangan saat itu.
Jumlah Korban Jiwa Tragedi di Tahun 1990
Mulanya, Pemerintah Arab Saudi terkesan tertutup dalam memberi keterangan pascainsiden. Satu-satunya laporan angka definitif muncul dari keterangan Pangeran Nayef selaku Menteri Dalam Negeri Arab Saudi, 36 jam setelah kejadian.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa korban meninggal mencapai 1.426 jemaah. Namun, ia tidak mengatakan lebih lanjut mengenai jumlah korban luka.
Untuk korban asal Indonesia, sejumlah media mengumumkan angka yang berbeda. Ada yang melaporkan bahwa korban asal Tanah Air sebanyak 560 jemaah. Sedangkan lainnya menyebut lebih dari 631 hingga 649 jiwa menjadi korban dari insiden ini.
Angka tersebut membuat jumlah korban dari Indonesia dikabarkan sebagai yang terbanyak jika dibandingkan negara lain. Sementara, laman Los Angeles Times menyebutkan bahwa korban asal Indonesia dan Malaysia menjadi yang terbanyak.
Terlepas dari perbedaan jumlah, Tragedi Terowongan Mina Tahun 1990 pastinya menggoreskan duka mendalam. Tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga negara-negara lainnya.
Artikel ini ditulis oleh Alifia Kamila, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(dpe/fat)