6 Amalan Sunnah Saat Hari Raya Idul Adha

6 Amalan Sunnah Saat Hari Raya Idul Adha

Alifia Kamila - detikJatim
Selasa, 11 Jun 2024 17:00 WIB
Ucapan Eid Al Adha.
Ilustrasi Idul Adha (Foto: Getty Images/Creative-Touch)
Surabaya -

Hari Raya Idul Adha sudah di depan mata. Hari besar Islam ini tentunya menjadi momen istimewa karena sarat akan makna.

Idul Adha menjadi peringatan atas ketaatan Nabi Ibrahim dalam menjalankan perintah Allah SWT. Kala itu, Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih Nabi Ismail yang merupakan anaknya. Namun, Allah SWT segera menggantikannya dengan seekor domba putih.

Seperti hari besar Islam lainnya, ada amalan-amalan sunah yang bisa dikerjakan pada Hari Raya Idul Adha. Ini dilakukan tentunya untuk mengharap pahala dan rida Allah SWT.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada beberapa amalan sunnah yang bisa dikerjakan saat Hari Raya Idul Adha. Apa saja itu? Berikut detikJatim rangkum penjelasannya.

Amalan Sunah saat Hari Raya Idul Adha

Dilansir laman Nahdlatul Ulama (NU) Online, setidaknya terdapat enam amalan yang dianjurkan para ulama untuk dilaksanakan pada Hari Raya Idul Adha. Adapun berikut uraiannya.

ADVERTISEMENT

1. Mengumandangkan takbir

Tidak hanya saat Idul Fitri, takbir juga disunahkan untuk dikumandangkan pada Idul Adha. Waktu pelaksanaan takbir dimulai dari terbenamnya matahari hingga imam naik ke mimbar untuk berkhotbah pada Hari Raya Idul Adha. Takbir terus berlanjut hingga tanggal 13 Zulhijah atau berakhirnya hari tasyrik.

Pasalnya, takbir yang berkumandang menandakan bentuk mengagungkan, memuliakan, serta menghidupkan malam Idul Adha. Hal ini sebagaimana anjuran yang terdapat dalam kitab Raudlatut Thalibin.

فَيُسْتَحَبُّ التَّكْبِيرُ الْمُرْسَلُ بِغُرُوبِ الشَّمْسِ فِي الْعِيدَيْنِ جَمِيعًا، وَيُسْتَحَبُّ اسْتِحْبَابًا مُتَأَكَّدًا، إِحْيَاءُ لَيْلَتَيِ الْعِيدِ بِالْعِبَادَةِ

Artinya: Disunnahkan mengumandangkan takbir pada malam hari raya mulai terbenamnya matahari, dan sangat disunnahkan juga menghidupkan malam hari raya tersebut dengan beribadah.

Sebagian ulama turut menambahkan bahwa kumandangnya takbir dilakukan bersamaan dengan ibadah pada malam hari raya. Ibadah tersebut mencakup salat magrib dan isya berjamaah yang dilanjutkan dengan melaksanakan salat subuh berjamaah.

2. Mandi sebelum salat id

Umat Islam sangat dianjurkan untuk mandi terlebih dahulu sebelum melaksanakan salat id. Kegiatan ini bisa dilakukan mulai dari pertengahan malam sebelum memasuki waktu subuh. Namun, tetap diutamakan untuk melaksanakannya sesudah subuh.

Kesunnahan mandi ditujukan untuk laki-laki dan perempuan, baik wanita yang akan berangkat melaksanakan salat id atau yang terhalang uzur syar'i sehingga tidak bisa mengikuti salat id. Sebab, mandi bertujuan untuk menyucikan diri dari bau tidak sedap dan membersihkan anggota badan.

يُسَنُّ الْغُسْلُ لِلْعِيدَيْنِ، وَيَجُوزُ بَعْدَ الْفَجْرِ قَطْعًا، وَكَذَا قَبْلَهُ، ويختص بالنصف الثاني من الليل

Artinya: Disunnahkan mandi untuk salat Id, untuk waktunya boleh setelah masuk waktu subuh atau sebelum subuh, atau pertengahan malam.

3. Memakai wangi-wangian serta memotong kuku dan rambut

Selain mandi, disunnahkan pula untuk memakai wangi-wangian, memotong rambut dan kuku, serta menghilangkan bau tak sedap. Amalan tersebut dilakukan untuk memperoleh keutamaan Hari Raya Idul Adha.

والسنة أن يتنظف بحلق الشعر وتقليم الظفر وقطع الرائحة لانه يوم عيد فسن فيه ما ذكرناه كيوم الجمعة والسنة أن يتطيب

Artinya: Disunahkan pada hari raya Id membersihkan anggota badan dengan memotong rambut, memotong kuku, menghilangkan bau badan yang tidak enak, karena amalan tersebut sebagaimana dilaksanakan pada hari Jumat, dan disunnahkan juga memakai wangi-wangian.

4. Mengenakan pakaian terbaik

Umat muslim turut dianjurkan untuk tampil dalam versi terbaiknya. Ini bisa dilakukan dengan mengenakan pakaian terbaik yang bersih dan suci, tetapi tidak berlebihan. Bagi sebagian ulama, memakai pakaian putih dan serban lebih diutamakan sebagaimana dijelaskan dalam kitab Raudlatut Thalibin.

وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَلْبَسَ أَحْسَنَ مَا يَجِدُهُ مِنَ الثِّيَابِ، وَأَفْضَلُهَا الْبِيضُ، وَيَتَعَمَّمُ. فَإِنْ لَمْ يَجِدْ إِلَّا ثَوْبًا، اسْتُحِبَّ أَنْ يَغْسِلَهُ لِلْجُمُعَةِ وَالْعِيدِ، وَيَسْتَوِي فِي اسْتِحْبَابِ جَمِيعِ مَا ذَكَرْنَاهُ، الْقَاعِدُ فِي بَيْتِهِ، وَالْخَارِجُ إِلَى الصَّلَاةِ، هَذَا حُكْمُ الرِّجَالِ. وَأَمَّا النِّسَاءُ، فَيُكْرَهُ لِذَوَاتِ الْجَمَالِ وَالْهَيْئَةِ الْحُضُورُ، وَيُسْتَحَبُّ لِلْعَجَائِزِ، وَيَتَنَظَّفْنَ بِالْمَاءِ، وَلَا يَتَطَيَّبْنَ، وَلَا يَلْبَسْنَ مَا يُشْهِرُهُنَّ مِنَ الثِّيَابِ، بَلْ يَخْرُجْنَ فِي بِذْلَتِهِنَّ.

Artinya: Disunnahkan memakai pakaian yang paling baik, dan yang lebih utama adalah pakaian warna putih dan juga memakai serban. Jika hanya memiliki satu pakaian saja, maka tidaklah mengapa ia memakainya. Ketentuan ini berlaku bagi kaum laki-laki yang hendak berangkat salat Id maupun yang tidak. Sedangkan untuk kaum perempuan cukuplah ia memakai pakaian biasa sebagaimana pakaian sehari-hari, dan janganlah ia berlebih-lebihan dalam berpakaian serta memakai wangi-wangian.

Rasulullah SAW pun diketahui memakai pakaian paling baik saat hari raya tiba. Hal ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA.

كَانَ يلبس في العيد برد حبرة

Artinya: Rasulullah SAW di hari raya memakai burda hibarah (pakaian yang indah berasal dari Yaman).

5. Berjalan kaki saat hendak salat id

Berjalan kaki menuju masjid atau tempat pelaksanaan salat id sangat dianjurkan. Dengan berjalan kaki, umat muslim bisa saling bertegur sapa dan bersalam-salaman. Meski begitu, seseorang yang telah berumur atau tidak mampu berjalan tetap diperbolehkan untuk menggunakan kendaraan.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari Ibnu Umar:

كَانَ يَخْرُجُ إلَى الْعِيدِ مَاشِيًا وَيَرْجِعُ مَاشِيًا

Artinya: Rasulullah SAW berangkat untuk melaksanakan salat Id dengan berjalan kaki, begitupun ketika pulang tempat salat Id.

Selain itu, dianjurkan pula untuk berangkat lebih awal agar mendapat saf terdepan. Sembari menunggu dimulainya salat id, jemaah bisa bertakbir secara bersama-sama. Imam Nawawi dalam Kitabnya Raudlatut Thalibin menerangkan anjuran tersebut.

السُّنَّةُ لِقَاصِدِ الْعِيدِ الْمَشْيُ. فَإِنْ ضَعُفَ لِكِبَرٍ، أَوْ مَرَضٍ، فَلَهُ الرُّكُوبُ، وَيُسْتَحَبُّ لِلْقَوْمِ أَنْ يُبَكِّرُوا إِلَى صَلَاةِ الْعِيدِ إِذَا صَلَّوُا الصُّبْحَ، لِيَأْخُذُوا مَجَالِسَهُمْ وَيَنْتَظِرُوا الصَّلَاة

Artinya: Bagi yang hendak salat Id disunnahkan berangkat dengan berjalan kaki, sedangkan untuk orang yang telah lanjut usia atau tidak mampu berjalan maka boleh ia menggunakan kendaraan. Disunnahkan juga berangkat lebih awal untuk salat Id setelah selesai mengerjakan salat subuh, untuk mendapatkan saf atau barisan depan sembari menunggu dilaksanakannya salat.

6. Makan setelah salat id

Umat muslim disunnahkan untuk makan setelah salat id. Anjuran ini berbeda dengan Hari raya Idul Fitri yang disunnahkan untuk makan sebelum melaksanakan salat id.

Pada masa Rasulullah SAW, makanan yang dikonsumsi berupa kurma berjumlah ganjil. Pasalnya, kurma menjadi makanan pokok masyarakat Arab. Akan tetapi, ini dapat disesuaikan dengan makanan pokok dari daerah masing-masing.

عن بريدة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لا يخرج يوم الفطر حتى يطعم ويوم النحر لا يأكل حتي يرجع


Artinya: Diriwayatkan dari Buraidah ra, bahwa Nabi saw tidak keluar pada hari raya Idul Fitri sampai beliau makan, dan pada hari raya Idul Adha sehingga beliau kembali ke rumah.

Itulah enam amalan yang dapat dikerjakan pada Hari Raya Idul Adha. Semoga bermanfaat!


Artikel ini ditulis oleh Alifia Kamila, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads