Sebanyak 21 ekor sapi milik warga Kabupaten Kediri mati mendadak dalam kurun waktu satu bulan terakhir. Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Kabupaten Kediri turun tangan menyelidiki kematian misterius sapi-sapi ini.
Diketahui, kejadian tersebut berlangsung di Desa Kaliboto, Kecamatan Tarokan, Kabupaten Kediri. DKPP Kediri pun melakukan rapid test untuk membuktikan adanya dugaan penyakit menular di kandang sapi milik warga.
Bakhur, salah satu pemilik sapi di Desa Kaliboto mengaku, ia sempat kaget atas kematian ternak peliharaannya tersebut. Ia mengungkapkan, sapi yang sedang hamil delapan bulan itu mati mendadak tanpa ada gejala pada tanggal 4 Mei 2024.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak ada gejala apa-apa sebelumnya. Tiba-tiba malam hari jam 02.00 WIB. Saya keluar rumah, kemudian masuk lagi ke rumah ambil sandal dan ke kandang. Saat melepas tambang belum selesai, sapi sudah meninggal," kata Bakhur, Selasa (4/6/2024).
Bakhur mengatakan, saat kematian hewan sapi tidak disertai dengan gejala-gejala penyakit menular seperti keluar air liur dan diare.
Bersama warga sekitar, ia mengubur bangkai sapi ternaknya di belakang rumah. "Padahal jam 00.00 WIB diketahui masih sehat, setelah mati sapi dikubur di belakang rumah," jelasnya.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan Dan Peternakan (DKPP) Kabupaten Kediri, Tutik Purwaningsih menyebut, kematian sebanyak 21 ekor sapi Desa Kaliboto, Kecamatan Tarokan itu tidak langsung dilaporkan kepada perangkat desa atau petugas sehingga bisa langsung dilakukan rapid test.
Rapid test dugaan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kepada sapi yang masih tersisa sudah dilakukan, tetapi hasilnya negatif.
"Masih ada satu ekor yang masih hidup kita ambil sampel tes cepat atas dugaan PMK. Alhamdulillah ini hasilnya sapi yang tersisa di Pak Bakhur negatif PMK," jelas Tutik.
Ia berharap, para peternak lain agar segera melapor kepada petugas apabila ada sejumlah sapi mati mendadak.
"Warga diharapkan segera melapor kalau ada hewan ternak sapi mati mendadak agar tidak menjadi keresahan masyarakat," pungkas Tutik.
(hil/fat)