Hari Jamu Nasional diperingati setiap tanggal 27 Mei bertujuan mengangkat kembali eksistensi jamu di Indonesia. Peringatan Hari Jamu ditetapkan sejak 27 Mei 2008 silam sebagai hari kebangkitan jamu Indonesia.
Jamu Indonesia telah resmi diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) dunia. Penetapan tersebut memperkuat upaya Indonesia untuk mengembangkan jamu sebagai warisan budaya dan berkontribusi terhadap kesehatan atau kesejahteraan global.
Mengonsumsi jamu bukan lagi menjadi suatu hal yang asing, jamu telah dianggap sebagai obat tradisional untuk kesehatan dan diyakini mampu menyembuhkan berbagai penyakit. Lantas, bagaimana sejarah jamu di Indonesia? Untuk mengetahui selengkapnya, simak penjelasan berikut ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Jamu Indonesia
Jamu di Indonesia diperkirakan telah digunakan oleh masyarakat sejak abad ke-5 hingga abad ke-19 M. Tradisi minum jamu telah mengalami perubahan pasang surut seiring berkembangnya zaman. Tradisi tersebut terbagi dari zaman pra sejarah saat masa pengolahan hasil hutan, zaman penjajahan Jepang, zaman awal kemerdekaan Indonesia hingga saat ini.
Masyarakat Indonesia telah mengenal jamu sejak zaman Kerajaan Mataram hingga saat ini. Namun seiring perkembangannya, tradisi minum Jamu sempat mengalami penurunan saat modernisasi memasuki wilayah Indonesia. Saat itu, kampanye obat-obatan bersertifikat berhasil mengubah pola pikir masyarakat Indonesia sehingga minat mengonsumsi Jamu semakin menurun.
Namun, pada tahun 1940 saat masa penjajahan Jepang, tradisi minum jamu kembali populer karena terbentuknya komite Jamu Indonesia. Sehingga kepercayaan masyarakat terhadap khasiat Jamu kembali meningkat.
Tahun 1974 hingga 1990 semakin banyak perusahaan Jamu yang kian berkembang. Pada masa itu ramai diadakan pembinaan dan pemberian bantuan dari Pemerintah agar industri Jamu dapat meningkatkan aktivitas produksinya.
Namun saat ini tradisi Jamu tradisional semakin menurun, sehingga penjualan jamu gendong sudah jarang ditemukan. Sebagian besar masyarakat berpikir untuk mendapatkan Jamu hanya dengan memanfaatkan Jamu yang dijual sachet dan instan.
Jamu Sebagai Minuman Warisan Leluhur
Dikutip dari laman Kemdikbud, jamu berasal dari bahasa Jawa Kuno yaitu ''Djampi'' yang bermakna penyembuhan dan ''Oesodo'' yang berarti kesehatan. Istilah Jamu diperkenalkan ke publik melalui orang-orang yang dipercaya memiliki ilmu pengobatan tradisional.
Jamu disebut sebagai warisan leluhur yang sangat berharga dengan memegang peranan penting dalam memelihara kesehatan dan kebugaran masyarakat nusantara sejak ratusan tahun silam.
Jamu diyakini sebagai obat herbal asli Indonesia yang diracik menggunakan bahan alami untuk menjaga kesehatan dan menyembuhkan penyakit. Bahan-bahan yang digunakan cukup mudah ditemukan di sekitar seperti rimpang, daun, batang, buah, bunga, dan kulit batang.
Mengenal Jamu Kebonagung Asal Jawa Timur
Jamu Kebonagung merupakan minuman khas Pasuruan, Jawa Timur yang terbuat dari berbagai jenis rempah-rempah. Di antaranya lada, kayu manis, kapulaga, bunga pala, cengkeh, cabe jamu, sereh, dan gula jawa,
Jamu tersebut dikenal dengan sebutan Jamu Kebonagung karena mulanya hanya dijual di Pasar Kebonagung Kota Pasuruan. Minuman rempah tersebut dikenal sebagai komoditas asal Pasuruan yang cukup melegenda.
Jamu Kebonagung mulanya dijual secara turun temurun dan hanya bertahan sehari. Agar bertahan lama, para produsen memproduksi Jamu Kebonagung dalam bentuk sirup sehingga mampu bertahan selama setahun dan semakin laris di pasaran.
Jamu Kebonagung memiliki cita rasa khas pedas, wangi, dan segar saat dikonsumsi dengan memberikan sejumlah manfaat terhadap kesehatan tubuh. Tak heran jika banyak wisatawan yang berkunjung ke Kota Pasuruan untuk membeli Jamu Kebonagung sebagai oleh-oleh.
Artikel ini ditulis oleh An Nisa Maulidiyah, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/fat)