Wisatawan Bromo Digetok Ojek Rp 400 Ribu, Camat Ungkap Ini yang Dibutuhkan

Wisatawan Bromo Digetok Ojek Rp 400 Ribu, Camat Ungkap Ini yang Dibutuhkan

Muhajir Arifin - detikJatim
Minggu, 26 Mei 2024 22:30 WIB
Ojek kuda di kawasan Gunung Bromo yang sepi penumpang saat libur Nataru, rabu (27/12/2023).
Gunung Bromo. (Foto: M Rofiq)
Pasuruan -

Jasa ojek wisata Bromo membutuhkan paguyuban. Paguyuban dinilai mendesak untuk memudahkan pemecahan masalah.

Hal itu disampaikan Camat Tosari, Kabupaten Pasuruan, Hendi Candra Wijaya saat menanggapi video viral wisatawan Bromo yang mengaku kena 'tembak' tarif oleh pelaku jasa ojek Rp400 ribu.

"Terkait video itu, kami sudah dapat info, dan sudah konfirmasi ke teman-teman terkait dengan kebenaran video viral itu. Kami juga komunikasi dengan Forum Komunikasi Pelaku Wisata Tosari. Sampai saat ini belum ketemu. Karena terkait dengan ojek wisata, memang belum ada paguyuban," kata Hendi, Minggu (26/5/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Hendi, karena tidak adanya paguyuban, maka tidak ada aturan resmi soal tarif hingga standar kendaraan.

"Jumlah tukang jasa ojek juga tidak terdata. Karena bisa aji mumpung. Misal (warga) sedang ke ladang, ada orang butuh, ya ngojek," ungkap Hendi.

ADVERTISEMENT

Oleh karena itu, Hendi menegaskan, pembentukan paguyuban jasa ojek wisata sangat mendesak. Pihaknya berkomunikasi dengan TNBTS untuk mewujudkannya.

"Ini yang kami upayakan. Kami menuju ke arah itu, jadi semua pelaku jasa wisata harus ada paguyuban. Hardtop, PKL, asongan, ada. Ojek belum terbentuk," tandasnya.

Untuk sementara kami akan mengupayakan membuat papan pengaduan di beberapa titik. "Jadi wisatawan bisa mengadukan semua terkait wisata Bromo dan jasa wisata di Bromo dengan lengkap," pungkasnya.




(abq/dte)


Hide Ads