Perayaan Waisak Umat Buddha Probolinggo Doakan Bangsa Dijauhkan Bencana

Perayaan Waisak Umat Buddha Probolinggo Doakan Bangsa Dijauhkan Bencana

M Rofiq - detikJatim
Kamis, 23 Mei 2024 23:53 WIB
Umat Buddha Probolinggo berdoa saat memperingati Waisak
Umat Buddha Probolinggo berdoa saat memperingati Waisak (Foto: M Rofiq)
Probolinggo -

Ratusan umat Buddha di Kota Probolinggo melaksanakan perayaan Hari Waisak Kamis (23/5/2024) malam. Salah satunya di Kelenteng Tri Dharma Sumber Naga Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Mayangan.

Perayaan berlangsung khidmat. Sejumlah ritual dilakukan antaranya, memandikan tupang Buddha, bertujuan membersihkan diri dari Kilesa (Sifat Iri, Dengki, Pemalas dan lain-lainnya).

Kemudian ada ritual sembahyang bersama sesuai tradisi kelenteng, lalu pembacaan Parita yang disesuaikan dengan detik-detik Waisak, kemudian meditasi dan dilanjutkan dengan ritual Pradak Sina atau mengelilingi tempat peribadatan sebanyak 3 kali.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua II Kelenteng Tri Dharma Sumber Naga Erfan Sujianto mengatakan, sejatinya setiap berdoa memang mengharapkan terbaik bagi diri sendiri, orang tua, masyarakat dan daerah. Hanya saja, di dalam perayaan Waisak itu, doanya terasa makin istimewa.

"Jadi di setiap kesempatan kita selalu berdoa yang terbaik, terlebih di momen Waisak yang merupakan perayaan besar. Kita mendoakan kota kita tercinta ini tetap kondusif dan negara tetap aman dan dijauhkan dari bencana serta petaka," kata Erfan.

ADVERTISEMENT

"Dan untuk doa singkatnya Buddhis itu, Sappee, Satta, Bawantu, Sukitata atau artinya semoga semua makhluk hidup bahagia. Jadi di manapun berada, itulah do'a singkat kita sebagai Buddhis," tambahnya.

Dalam perayaan Waisak kali ini, menurut Erfan, perbedaannya berada di ritual Pradak Sina, yang mana biasanya saat mengelilingi kelenteng, jemaat membawa lilin masing-masing. Namun, kali ini tradisi tersebut dihilangkan, diganti dupa dan bunga sedak palam.

"Pradak Sina ini merupakan penghormatan tertinggi bagi kami dengan mengelilingi tempat peribadatan ataupun dewa yang ada di dalam tempat ibadah, dalam ajaran Buddha kami adalah penghormatan tertinggi," ungkapnya.




(abq/fat)


Hide Ads