Gempa Cianjur, Jawa Barat akhir 2022 silam menyisakan banyak cerita bagi relawan. Salah satunya relawan dari Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Malang Raya, Biyan Falensyah (23).
Mahasiswa D3 Teknologi Pertambangan Politeknik Negeri Malang itu baru saja menuntaskan magang di salah satu perusahaan di Sumatera ketika gempa Cianjur terjadi.
Dia tergerak untuk membantu penanganan bencana yang mengakibatkan ratusan orang korban meninggal itu. Saat itu tanpa berpikir panjang dia segera berangkat ke posko relawan di Kampung Salaeurih, Desa Benjot, Kecamatan Cugenang, Cianjur, Jawa Barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang dan tiba di lokasi sore hari, Biyan menghabiskan waktu untuk berbincang ringan dengan rekan sesama relawan hingga azan Magrib berkumandang.
"Pada waktu magrib itu karena saya baru nyampe jadi salat di mushola darurat dengan berpakaian biasa. Tapi warga sudah melihat dengan tatapan kayak asing, seperti orang jauh," kata Biyan kepada detikJatim, Selasa (21/5/2024).
Biyan adalah warga Malang yang memiliki keturunan Arab-Pakistan. Perawakannya yang tinggi besar ditambah brewok yang tebal yang membuatnya menjadi perhatian warga.
"Setelah salat magrib baru saya mandi dan rapi-rapi. Kebetulan saya bawa baju yang seperti orang Arab, gamis dan surban. Saya pakai dan kembali berangkat ke musala darurat karena azan Isya sudah berkumandang," ujarnya.
Keanehan mulai dirasakan Biyan saat dirinya memasuki musala darurat tersebut. Saat itu dia duduk di saf paling depan dan mulai menyadari tak ada yang duduk sejajar dengan dirinya.
"Saya lihat di sebelah-sebelah saya kok nggak ada orang? Saya bingung, kan, ini udah mau mulai salat Isya," kata Biyan. "Lalu saya menoleh ke belakang dan ternyata mereka di belakang saya semua. Saya sampai kaget, ngapain orang-orang ini?"
Tidak lama kemudian seseorang berdiri dan mengumandangkan ikamah. Seluruh jamaah pun berdiri untuk menunaikan salat isya. Momen setelahnya itu yang membuat Biyan semakin salah tingkah.
"Setelah berdiri semua, di situ sempat diem-dieman kita. Liat-liatan. Yang saya pikirkan saat itu, siapa imamnya ini cong? Siapa imamnya?" kata Biyan dengan logat Jawa Timuran.
Biyan yang masih bengong dikejutkan dengan ucapan salah satu tokoh setempat yang memintanya memimpin salat. Dia sempat tertegun sejenak mendengar permintaan itu.
"Dalam hati saya 'apa saya orang keren, ya, sampai disuruh jadi imam?' Tapi terus saya bilang (agak berbisik), silahkan bapak saja yang jadi imam," kata Biyan.
Setelah itu, salat berlangsung seperti biasa dengan diimami warga setempat. Namun, Biyan menyadari ada hal yang tak biasa selepas salam. Dia kembali merasa diperhatikan para jamaah dengan tatapan keheranan, tapi dia berusaha tak mengindahkan.
Momen yang bikin dia makin salah tingkah terjadi ketika dia menuntaskan zikir dan berdoa setelah salat. Setelah tuntas berdoa Biyan beranjak dari duduknya. Tiba-tiba saja dia diserbu oleh para jemaah.
"Setelah berdiri, beuh, orang-orang pada menyalami saya. Eh, eh, saya kaget lah. Teman-teman relawan yang lihat juga kaget terus ketawa," ujar Biyan sambil terkekeh.
Setelah serangkaian momen yang membingungkan itu, Biyan akhirnya menjelaskan bahwa dia adalah relawan dari Jawa Timur yang baru saja datang. Dia sampaikan juga bahwa dirinya hanyalah keturunan orang biasa meski berdarah Arab-Pakistan.
Ya, warga setempat memang telah salah mengira Biyan adalah seorang habib alias keturunan Nabi Muhammad. Setelah mendengar ucapan Biyan, warga pun turut terbahak-bahak bersama Biyan dan relawan lainnya.
Kemekel merupakan salah satu rubrik khas detikJatim yang mengisahkan tentang sisi lucu dan kisah menggelitik sebuah peristiwa. Kemekel tayang setiap Selasa. Baca Kemekel di sini dan tetap setia membaca konten-konten menarik detikJatim!
(dpe/iwd)