Unair Jadi Tuan Rumah ICAS Pertama di Indonesia, Apa Itu?

Unair Jadi Tuan Rumah ICAS Pertama di Indonesia, Apa Itu?

Alifia Kamila - detikJatim
Jumat, 17 Mei 2024 18:00 WIB
Unair Jadi Tuan Rumah ICAS Pertama di Indonesia
Unair Jadi Tuan Rumah ICAS/Foto: Istimewa (Dok Unair)
Surabaya -

Kabar membanggakan datang dari Universitas Airlangga (Unair). Pasalnya, Unair terpilih menjadi tuan rumah penyelenggaraan International Convention of Asian Scholars (ICAS) pertama di Indonesia.

Tahun ini, Unair mendapat kehormatan dengan menjadi tuan rumah gelaran ICAS ke-13. ICAS merupakan salah satu konferensi internsional dengan menarik lebih dari 60 negara di berbagai belahan dunia.

Dalam ICAS ke-13, Unair yang diwakili oleh Airlangga Institute of Indian Ocean Crossroad (AIIOC) berencana melibatkan sekitar 1.250 peserta mancanegara. Acara ini akan berlangsung selama 5 hari pada 28 Juli hingga 1 Agustus 2024.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Apa itu ICAS?

International Convention of Asian Scholars atau ICAS diselenggarakan oleh International Institute for Asian Studies (IIAS), Leiden, Belanda. ICAS menjadi wadah dari berbagai individu dan institusi dari seluruh dunia untuk berkumpul dan bertukar pandangan mengenai isu yang berkaitan dengan Asia.

Sejak tahun 1997, ICAS telah mempertemukan lebih dari 20.000 akademisi, perwakilan masyarakat sipil, praktisi, dan seniman di 12 konvensi. Selain itu, para penerbit, lembaga, dan LSM turut berkumpul untuk menampilkan produk, layanan, hingga hasil penelitian mereka di sebuah pameran yang disediakan oleh ICAS.

ADVERTISEMENT

Pada 2024, ICAS memasuki penyeleggaraan ke-13 yang diselenggarakan di Surabaya, Indonesia. Kali ini, ICAS mengusung konsep conference festival (ConFest) atau festival konferensi.


Penyelenggaraan ICAS Ke-13

Dikutip dari laman resmi Unair, terpilihnya Surabaya sebagai tuan rumah perhelatan ICAS ke-13 tidak jauh dari sejarah signifikannya untuk Asia. Dengan julukannya sebagai Kota Pahlawan, Surabaya menjadi simbol multikulturalisme.

Terlebih, Surabaya juga menjadi akar sejarah pada masa kolonialisme Belanda dan kependudukan Jepang. Pada masa itu, Surabaya merupakan salah satu pusat pedagangan internasional dan melting pot. Hampir di setiap sudut Surabaya menjadi pertemuan berbagai etnis, seperti Eropa, Tionghoa, Jawa, India, Arab, dan Melayu.

ICAS ke-13 mengangkat tema Crossways of Knowledge. Melalui tema ini, peserta dari seluruh benua terlibat dalam dialog interdisipliner mengenai Asia yang meliputi antardisiplin, akademik, sektor pengetahuan, dan wilayah geografis.

Dari tema utama yang diusung, ICAS ke-13 turut memiliki 10 tema turunan dengan pembahasan yang lebih merinci.

Ke-10 tema tersebut adalah sebagai berikut:

1. Uneven Geographies, Ecologies, Technologies and Human Futures
2. From Oceanic Crossroads: Empires, Networks and Histories
3. Prosperity, the Pains of Growth and its Governance
4. Seeing from the Neighbourhood: States, Communities and Human Mobility
5. Transmitting Knowledges: Institutions, Objects and Practices
6. Using the Arts, Media and Culture: Contestations and Collaborations
7. Multiple Ontologies: Religiosities, Philosophies, Languages and Society
8. Negotiating Margins: Representations, Resistances, Agencies
9. Emerging Foodscapes: Cultivation, Livelihoods, Gastronomy
10. Healing Bodies: Medicine, Well-being, Sport

Selain itu, Unair melalui AIIOC akan melibatkan kolaborasi dari empat rumpun keilmuan berbeda, tetapi saling terhubung. Kolaborasi tersebut antara lain Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Fakultas Kedokteran (FK), dan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM).


Artikel ini ditulis oleh Alifia Kamila, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads