3.228 Warga Surabaya Menderita TBC

3.228 Warga Surabaya Menderita TBC

Esti Widiyana - detikJatim
Jumat, 17 Mei 2024 07:01 WIB
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya Nanik Sukristina
Kepala Dinkes Surabaya Nanik Sukristina (Foto: Esti Widiyana)
Surabaya - Ribuan warga Surabaya menderita Tuberkulosis (TBC). Kasus ini berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya hingga 30 April 2024.

"Penemuan kasus TBC secara dini sebanyak 3.228 dari target estimasi kasus 16.127 (20%)," kata Kepala Dinkes Surabaya Nanik Sukristina, Jumat (17/5/2024).

Nanik menjelaskan, upaya pencegahan dan penanggulangan TBC dilakukan secara masif dan agresif melalui kegiatan skrining pasif pada kelompok risiko tinggi. Seperti pasien HIV, DM, anak khususnya gizi buruk, ISPA/Pneumonia, COVID-19 dan Calon Jemaah Haji (CJH) maupun skrining aktif dengan melibatkan lintas sektor.

Pada pelaksanaan skrining TBC untuk menemukan kasus TBC sejak dini, estimasi Dinkes Surabaya ada 16.127 orang. Sehingga, saat ditemukan 3.228 kasus secara dini dapat segera diobati hingga sembuh dan risiko penularan dapat dikendalikan.

Pengobatan pasien TBC resisten obat akan diberikan dan durasi lama pengobatan tergantung dari hasil pemeriksaan uji kepekaan obat. Seban, ada tiga jenis obat yang digunakan, yakni pengobatan BPAL/M selama enam bulan, STR sembilan bulan dan LTR selama 18-24 bulan.

"Untuk itu diperlukan peran Pengawas Menelan Obat (PMO) dari keluarga dekat ataupun Peer Educator (mantan pasien TBC RO yang diberdayakan kembali untuk mendampingi pasien TBC selama pengobatan) untuk mendukung dan mencegah terjadinya mangkir/putus berobat. Selain itu juga dilakukan Investigasi Kontak, pemberian TPT kontak serumah pasien, dan pemberian PMT berupa susu," jelasnya.

Dinkes Surabaya juga melakukan upaya dan edukasi agar warga mau berobat dan tidak malu dengan penyakitnya. Seperti promosi tentang TBC melalui penyuluhan, pemberian KIE, diseminasi informasi TBC oleh tokoh masyarakat, tokoh agama, satgas TBC Kecamatan dan influencer media sosial dan juga pemberian testimoni pasien TBC untuk mengurangi stigma di masyarakat.

Lalu sosialisasi TBC kepada masyarakat umum melalui media cetak, audio, visual dan peliputan kegiatan.

"Edukasi kepada masyarakat tentang TBC sudah kita lakukan melalui penyuluhan dengan melibatkan tenaga kesehatan di Puskesmas, kader, satgas TBC serta dari organisasi pendukung pengobatan TBC," pungkasnya.


(abq/iwd)


Hide Ads