Masih ada pekerjaan rumah (PR) bagi para tenaga kesehatan di Hari Asma Sedunia yang jatuh Selasa 7 Mei 2024. Yakni terkait edukasi kepada penderita atau non penderita, sesuai tema tahun ini.
Dokter Spesialis Paru RS Unair dr Alfian Nur Rosyid SpP(K) FAPSR FCCP mengatakan jumlah kasus penderita asma mengalami kenaikan meski tidak terlalu signifikan. Pasien rujukan di rumah sakit masih ada dan dipastikan di Puskesmas jumlahnya bisa lebih banyak.
"Kami amati kunjungan di rawat inap, serangan asma. Akhir-akhir ini cukup ada peningkatan, tapi nggak signifikan kasus asma," kata dr Alfian saat dihubungi detikJatim, Selasa (7/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peringatan Hari Asma saat ini difokuskan lebih pada pentingnya edukasi. Khususnya soal kewaspadaan yang belum terdiagnosis asma namun memiliki gejala-gejala seperti batuk, sesak, dada berat, napas berbunyi, dan biasanya dipicu alergi.
Oleh karena itu dr Alfian meminta masyarakat lebih sadar ketika memiliki gejala agar segera datang ke fasyankes dan berobat. Sehingga dapat diketahui hasil diagnosa dan mendapat obat yang sesuai keluhan.
"Tidak sekedar beli obat biasa di warung, terapi sendiri. Karena asma kalau pemicu hilang, gejala juga hilang. Kalau ada gejala-gejala itu, apalagi ada riwayat turunan perlu disadari dan segera menjaga asmanya tetap terkontrol," jelasnya.
Ada 2 cara untuk mengatasi asma. Pertama, dengan menghindari alergi seperti tidak merokok, obesitas, lambung, psikis, stres bisa membuat asma lebih sulit terkontrol.
"Kedua, terapi obat-obatan. Ada ringan, berat, ini menyesuaikan kondisi masing-masing. Rekomendasi dunia itu obat hisap," ujarnya.
Dokter yang juga praktik di RSU dr Soetomo ini berpesan khusus bagi penderita asma agar menghindari perokok aktif. Kemudian aktivitas yang dapat membantu napas baik, agar asma terkontrol. Lalu terapi obat-obatan ketika sudah berkonsultasi.
"Asma ini terkontrol, bukan sembuh. Selama tidak terkena alergen, aman, nggak stres, bisa jadi tanpa obat sudah tekrontrol. Tapi suatu saat misalnya kebakaran hutan, masuk saluran napas karena hiperresponsif akan muncul gejala batuk, sesak, dahak," pungkasnya.
(dpe/iwd)