Komunitas Volcano Merapi punya cara tersendiri untuk lebih dekat dengan masyarakat. Komunitas yang berkaitan erat dengan penyelamatan satwa ini, berfokus pada penanganan ular liar. Lantaran, saat ini peralihan musim hujan ke musim kemarau biasanya banyak ular yang masuk ke dalam rumah warga.
Tak jarang, warga lebih memilih membunuh ular ketimbang menangkap dan melepaskan ular ke alam liar. Karena dinilai ular membahayakan warga. Padahal tindakan itu salah, sebab jika populasi ular sedikit dikhawatirkan terjadi ledakan hama tikus.
Bertempat di Desa Sukosari, Kecamatan Babadan, Ponorogo. Anggota komunitas ini mengajarkan kepada warga untuk mengenali berbagai jenis ular. Termasuk jenis ular berbisa dan tidak. Serta penanganannya, saat menangkap hingga melepas ke habitat aslinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tadi yang jadi contoh ular sanca sepanjang dua meter. Kita langsung praktik cara menjinakkan dan menangkap ular," tutur salah satu warga, Ersa Syifaul kepada wartawan, Minggu (28/4/2024).
Ersa menambahkan apalagi saat ini musim panen padi. Banyak ular liar dari sawah masuk ke rumah-rumah warga. Alhasil, karena kurangnya informasi saat itu ular yang masuk ke rumah warga langsung dibunuh.
"Karena sekarang sudah tahu caranya seperti apa, saya bisa bertindak untuk menangani ular. Seperti menangkap dan melepasliarkan ular itu," imbuh Ersa.
Sementara, Relawan Volcano Merapi, Sofyan menambahkan pelatihan ini diharapkan bisa menjadi cara warga agar tidak lagi membunuh ular liar. Meskipun ular tersebut berbisa. Seperti, ular kobra. Meski ular kobra dinilai paling berbahaya. Perburuan ular kobra bisa menjadi rusaknya mata rantai makanan.
"Ular kobra rantai teratas dalam mata rantai makanan ular. Kalau diburu habis-habisan. Nanti tidak ada yang makan ular hijau atau ular cabai yang berbisa dan beracun," tandas Sofyan.
Untuk itu, pria 43 tahun ini memberikan edukasi kepada warga sekitar untuk menangani ular di rumahnya masing-masing. Naik itu berbisa maupun tidak berbisa.
"Kita juga mengajari warga jenis ular berbisa dan tidak. Karena yang berbisa berbahaya bagi warga. Kita ajari penanganannya. Supaya tidak ada korban yang terkena gigitan, karena akan menjadi bencana sosial," pungkasnya.
(abq/fat)