Tragedi Kelam Banjir Bandang Jember Renggut 80 Nyawa

Jatim Flashback

Tragedi Kelam Banjir Bandang Jember Renggut 80 Nyawa

Irma Budiarti - detikJatim
Sabtu, 27 Apr 2024 15:18 WIB
Banjir bandang menerjang Desa Sempol Kejamatan Ijen. Air bercampur lumpur tersebut diduga berasal dari lereng Gunung Raung.
Ilustrasi banjir bandang. (Foto: Dok. Istimewa)
Jember -

Mendung tebal sejak pagi di Kecamatan Panti, Kabupaten Jember seolah menjadi pertanda alam bahwa bencana besar akan datang. Namun, tak seorang pun warga Panti yang menyangka hujan deras seharian itu bakal menghanyutkan seisi kampung.

Hari itu masih hari pertama tahun 2006. Hujan deras mengguyur beberapa desa di Kecamatan Panti sejak sore hari, Minggu 1 Januari 2006. Benar saja, hujan yang tak kunjung reda itu berbuah tragedi kelam.

Dilansir dari arsip pemberitaan detikcom, hujan masih turun saat warga lereng Gunung Argopuro mendengar suara gemuruh dari atas gunung. Tiba-tiba saja banjir bercampur lumpur mengalir deras sampai masuk ke rumah warga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hujan sempat reda. Warga yang ketakutan mulai bisa bernapas lega dengan harapan tak ada banjir susulan. Warga juga sudah sempat mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Namun, ternyata banjir itu bukan satu-satunya. Senin 2 Januari 2024 sekitar pukul 01.00 WIB dini hari, banjir bandang bercampur lumpur yang lebih besar kembali datang. Banyak warga yang terlelap saat malapetaka itu datang.

ADVERTISEMENT

Air bah setinggi 7 meter menggulung bangunan dan menenggelamkan rumah-rumah warga. Banjir juga diperparah dengan longsoran material dari atas gunung. Banjir bandang dan longsor itu menjadi yang terparah dalam 45 tahun terakhir.

Rusiyah, salah satu korban selamat yang ditemui detikcom mengaku melihat air bah bercampur lumpur dan kayu gelondongan menghantam rumah warga. Ia sendiri selamat setelah menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi.

"Kami semua kaget dan tidak pernah menduga air setinggi 7 meter menerjang rumah kami. Saya teriak 'tsunami-tsunami'. Air dari atas dengan cepat menenggelamkan rumah-rumah kami. Saya sempat lari kencang ke tempat yang lebih tinggi," kata Rustiyah korban yang ditemui detikcom, Selasa (3/1/2006).

Sedikitnya 80 nyawa melayang akibat banjir bandang dan longsor di Kecamatan Panti. Sementara puluhan ribu orang kehilangan tempat tinggal. Harta benda ludes tak terselamatkan. Korban sebagian besar dari Desa Kemiri dan Gunung Pasang.

Banjir bandang juga sempat membuat salah satu dusun setempat terisolasi karena jembatan penghubung putus. Saat itu, korban tewas pun tak bisa langsung dievakuasi karena kondisi medan dan cuaca yang tidak memungkinkan.

Suryoto warga Desa Kemiri mengungkapkan, ia bersama tetangganya sudah mengungsikan anggota keluarganya ke tempat aman sejak banjir pertama datang. Menurutnya, korban tewas kebanyakan laki-laki yang kembali ke rumah untuk mengambil barang, juga lansia yang tidak sempat menyelamatkan diri.

"Yang lak-laki kebanyakan tewas karena berusaha menyelamatkan barang-barang. Tapi yang tewas juga ada yang sedang tidur, juga usia tua dan sakit-sakitan sehingga tidak bisa menyelamatkan diri," kata pria berprofesi sebagai guru ini.

Imam Utomo yang saat itu menjabat Gubernur Jawa Timur menyebut banjir bandang bukan karena gundulnya hutan di Gunung Argopuro. Menurutnya, banjir bandang disebabkan tingginya volume air embung atau danau kecil di atas lereng Gunung Argopuro, dan jebolnya kayu-kayu di sekitarnya.

"Jadi tidak ada gundul. Bukan karena gundul. Hutan di atas masih utuh," katanya saat mengunjungi lokasi tanah longsor dan banjir bandang, Selasa (3/1/2024).

Namun, warga menuding banjir bandang terjadi karena gundulnya hutan di lereng Gunung Argopuro. Sebab, banjir yang terjadi saat itu merupakan yang terbesar dan paling dahsyat sejak mereka bermukim di sana.

"Paling-paling sehari surut, ini kok begitu besar. Ini karena ada perkebunan di atas. Lihat saja ke atas sana, hutan sudah gundul ditebang. Lihat sendiri banyak batang pohon bekas terbakar di bagian pangkalnya. Ada lagi bekas gergajian," kata Abdul Djalal, warga lain yang ditemui detikcom.

Dilansir dari situs resmi Kominfo Jatim, selain menewaskan 80 orang, bencana banjir bandang ini juga membuat 7.605 jiwa dari 11 desa dievakuasi. Tim analis Dinas ESDM Jatim menyimpulkan penyebab banjir bandang karena curah hujan yang tinggi.

Hasil foto satelit menunjukkan lereng Gunung Argopuro mempunyai kemiringan cukup terjal dengan kecepatan turunnya air cukup tinggi. Sehingga terbentuklah bendungan alam karena curah hujan tinggi.

Air di bagian hulu diperparah longsoran kecil dan ranting pohon serta sampah. Hal ini diperparah kondisi hutan lindung seluas 9-10 ribu hektare yang rusak. Kerusakan hutan diakibatkan penjarahan.

MZA Djalal yang saat itu menjabat Bupati Jember pun menekankan penghijauan di sekitar bukit dan gunung. Lalu dilakukan penanaman pohon berakar kuat dan mampu menahan air di sekitar area rawan longsor.

Jatim Flashback adalah rubrik spesial detikJatim yang mengulas peristiwa-peristiwa di Jawa Timur serta menjadi perhatian besar pada masa lalu. Jatim Flashback diharapkan bisa memutar kembali memori pembaca setia detikJatim. Jatim Flashback tayang setiap hari Sabtu. Ingin mencari artikel-artikel lain di rubrik Jatim Flashback? Klik di sini.




(irb/dte)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads