Mochammad Arrasya Madjid dinyatakan lolos Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2024 di Universitas Airlangga (Unair) pada usia 15 tahun 1 bulan. Mahasiswa termuda di jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (FTMM) ini telah mengikuti program akselerasi sejak masih duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah (MI).
Remaja lulusan MAS Unggulan Amanatul Ummah Surabaya itu membeberkan sejumlah kiatnya lolos SNBP Unair. Salah satunya karena konsisten menjaga prestasinya sejak awal Madrasah Aliyah (MA). Peningkatan nilai setiap semester juga menjadi kunci hingga mendapat nilai rata-rata di kisaran 94.
"Dalam menghadapi SNBP, strateginya pilih program studi sesuai minat tapi tetap pertimbangkan prestasi daripada pesaing lainnya sangat penting. Tidak kalah pentingnya berdoa kepada Allah SWT agar dapat keberuntungan, dan selalu mengikuti arahan sekolah dan orang tua," ujar mahasiswa yang suka pelajaran matematika ini, Minggu (21/4/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertimbangan Rassya memilih Unair termotivasi orang tuanya. Dia juga termotivasi oleh cita-citanya yang cukup tinggi, yakni bisa memiliki dan mengelola sebuah perusahaan.
"Latar belakang orang tua yang merupakan alumnus teknik elektro menyebabkan saya terinspirasi untuk mengambil program studi teknik di Unair. Saya memilih teknik industri karena berkeinginan mengelola perusahaan dan program studi ini mampu menjembatani antara bidang keteknikan dengan ekonomi," katanya.
Rassya menceritakan perjalanan pendidikannya. Ia menempuh pendidikan akselerasi sejak MI, Madrasah Tsanawiyah (MTs) hingga MA. Ketiga jenjang pendidikan itu dapat diselesaikan lebih cepat satu tahun.
"Saya memilih akselerasi karena ingin menyelesaikan studi lebih cepat dan efisien," tegas mahasiswa kelahiran 2009 tersebut.
Saat mengikuti kelas akselerasi, ia memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan kelas reguler, yakni jumlah siswa lebih sedikit. Pada kelas akselerasi, siswa satu sama lain saling mendorong dan bersaing dalam mencapai prestasi sehingga sama-sama termotivasi dan dapat mengikuti pembelajaran dengan serius serta fokus.
Selain siswa akselerasi lebih sedikit lingkungannya juga sangat kompetitif karena persaingan antarsiswa cenderung lebih ketat namun saling memotivasi. Hal itu menyebabkan seluruh siswanya mampu belajar dengan lebih serius.
"Di balik kelebihan kelas akselerasi, siswa yang berada pada kelas tersebut hanya memiliki sedikit waktu untuk bersantai saat sedang luang dan merasa ada beban target untuk lulus sekolah lebih cepat," pungkasnya.
(dpe/iwd)