Setelah menunaikan ibadah puasa sebulan penuh, tibalah hari kemenangan Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah. Lebaran menjadi salah satu momentum bagi umat Muslim untuk saling bermaaf-maafan. Sebab, memaafkan kesalahan orang lain utamanya sesama saudara Muslim sangat dianjurkan dalam Islam.
Oleh karena itu, momen Idul Fitri menjadi waktu yang tepat bagi orang-orang yang berbuat salah untuk saling memaafkan. Namun, dibalik kehangatan saling bermaafan terkadang timbul pertanyaan bolehkah tak saling memaafkan orang yang dibenci saat Idul Fitri? Lantas bagaimana hukum orang yang tidak mau memaafkan sesama Muslim di Hari Raya Idul Fitri?
Baca juga: Arti Kemenangan Setelah 30 Hari Berpuasa |
Hukum Tak Memaafkan Orang yang Dibenci Saat Idul Fitri
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembina Pondok Ar Roudloh Surabaya, Habib Muhammad Assegaf menjelaskan bahwa Idul Fitri merupakan momen yang tepat untuk memaafkan antar sesama mukmin yang mungkin pernah menyakiti hati. Memaafkan merupakan sifat yang sangat mulia dan terpuji, oleh karenanya sangat dianjurkan oleh Allah SWT.
Dalam sebuah kisah yang disampaikan oleh Rasulullah SAW, disebutkan bahwa ada dua orang yang akan dihisab oleh Allah SWT. Salah satunya dijanjikan surga, sementara orang kedua akan dimasukkan ke dalam neraka. Namun, orang yang dihisab akan masuk neraka justru menuntut apa yang menjadi tanggung jawab seseorang yang akan dimasukkan ke surga, dengan tujuan agar dirinya bisa diselamatkan dari neraka.
Dengan demikian, Allah SWT menyuruh orang tersebut untuk menggandeng orang yang telah dihisab sebelumnya agar diajak bersama ke dalam surga-Nya. Sehingga keduanya berhasil masuk ke dalam surga-Nya yang penuh dengan keindahan.
Kisah tersebut menyebutkan bagaimana Allah SWT menganjurkan kita untuk saling memaafkan antar sesama karena maaf merupakan salah satu sifat Allah SWT. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT pada surat Az Zumar ayat 53 yang berbunyi:
قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ
Arab-latin: Qul ya 'ibadiyallazina asrafu 'ala anfusihim la taqnatu mir rahmatillah, innallaha yagfiruz-zunuba jami'a, innahu huwal-gafurur-rahim.
Artinya: "Katakanlah: 'Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan jika Allah SWT senantiasa membukakan pintu rahmat dan ampunan kepada manusia yang telah melampaui batas. Ayat tersebut mengingatkan umat Muslim untuk tidak berputus asa dari rahmat Allah SWT. Sejatinya, Allah SWT akan mengampuni seluruh dosa makhluknya asalkan mereka bertaubat dengan sungguh-sungguh untuk meminta ampun kepada-Nya.
Sifat memaafkan merupakan salah satu sifat Allah SWT, sehingga seorang manusia yang memiliki sebagian sifat Allah SWT merupakan satu hal yang sangat mulia. Bahkan, Rasulullah SAW telah memberikan contoh untuk tidak menyimpan rasa dendam sedikitpun kepada orang lain meskipun telah dihina, dicaci maki, dilukai, dan difitnah habis-habisan.
Rasulullah SAW justru memintakan ampunan atas dosa-dosa orang pernah yang menzaliminya. Oleh karena itu, sebagai seorang mukmin sudah sepatutnya mengikuti ajaran Rasulullah SAW untuk memaafkan siapa saja yang pernah berbuat salah kepada kita.
Pada hari kemenangan Idul Fitri yang bersuka cita, sebaiknya hindari dan buang segala rasa dendam atau penyakit hati kepada orang yang pernah menzalimi kita secara sengaja maupun tidak sengaja. Dengan demikian, Allah SWT sebagai dzat Maha Pengampun akan memberikan ampunan atas segala dosa-dosa yang pernah diperbuat.
(abq/iwd)