Amalan 10 Hari Terakhir Ramadan Paling Istimewa

Amalan 10 Hari Terakhir Ramadan Paling Istimewa

Alifia Kamila - detikJatim
Selasa, 02 Apr 2024 03:00 WIB
iktikaf di masjid al akbar surabaya
Ilustrasi iktikaf di masjid (Foto: Rifki Afifan Pridiasto/detikJatim)
Surabaya -

10 Hari terakhir Ramadan jadi momentum istimewa meningkatkan ibadah. Amalan apa saja yang bisa dikerjakan pada waktu ini? Simak uraiannya berikut ini.

Di antara banyaknya keutamaan pada 10 hari terakhir Ramadan, turunnya Lailatul Qadar menjadi yang teristimewa. Sebab, malam ini nilainya setara dengan 1000 bulan. Dalam kata lain, apabila seorang muslim melakukan suatu ibadah pada Lailatul Qadar, nilainya akan dihitung seperti melakukan amalan selama seribu bulan.

Oleh karena itu, Rasulullah SAW sangat menganjurkan umat muslim untuk meningkatkan amalan pada 10 hari terakhir Ramadan. Aisyah RA pun memberi kesaksian mengenai kesungguhan nabi dalam beribadah selama 10 akhir Ramadan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


كَانَ رَسُوْلُ اللهً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِيْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِيْ غَيْرِهِ


Artinya: "Dari Aisyah ra, Rasulullah saw sangat bersungguh-sungguh (beribadah) pada sepuluh hari terakhir (bulan ramadhan), melebihi kesungguhan beribadah di selain (malam) lainnya." (HR Muslim)

ADVERTISEMENT

Amalan 10 Hari Terakhir Ramadan

Ada beberapa amalan yang biasa dikerjakan Rasulullah SAW selama hari-hari terakhir Ramadan. Berikut daftar ibadah yang dapat dilakukan di 10 hari terakhir Ramadan yang dihimpun dari laman Nahdlatul Ulama (NU).

1. Iktikaf (I'tikaf)

Menurut istilah di kalangan ulama, iktikaf merujuk kepada aktivitas berdiam diri di masjid untuk melaksanakan amalan tertentu dengan niat karena Allah SWT. Rasulullah SAW selalu melangsungkan iktikaf sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Terlebih, Rasulullah SAW juga bersabda, iktikaf yang bertepatan dengan Lailatul Qadar dapat menghapus dosa yang telah lalu.

Hadits riwayat Imam Dailami dari Aisyah ra, Rasulullah bersabda:

مَنِ اعْتَكَفَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رَوَاهُ الدَّيْلَمِيُّ عَنْ عَائِشَةَ)


Artinya: "Siapa yang beriktikaf (bertepatan dengan) Lailatul Qadar karena iman dan mengharap ridha Allah, maka diampuni semua dosa yang lalu (dosa kecil dan dosa besar)."

2. Meningkatkan Qiyamul Lail, Zikir, dan Tilawah Al-Qur'an

Ada beberapa amalan lain yang dilakukan Rasulullah SAW sembari berdiam diri di masjid. Nabi SAW akan meningkatkan ibadah salat malam (Qiyamul lail), zikir, dan tilawah Alquran agar dapat berjumpa dengan Lailatul Qadar.

Sebagai umat muslim, ada baiknya untuk mengikuti sunah Rasulullah SAW satu ini. Sebab, nilai ibadah yang dikerjakan akan setara seribu bulan jika bertepatan dengan Lailatul Qadar.

3. Bersedekah

Atas kedermawanannya, Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai sosok yang gemar bersedekah. Amalan ini semakin giat dilakukan ketika bulan Ramadan, khususnya 10 hari terakhir.

Umat muslim sangat didorong untuk mencontoh perilaku Rasulullah yang giat bersedekah. Sedekah saat Ramadan dapat dilakukan dengan dukungan secara materi hingga memberikan takjil.

4. Berdoa

Rasulullah SAW juga memperbanyak doa, terlebih ketika menyambut Lailatul Qadar. Hal ini dilakukan untuk memohon ampunan, rahmat, dan hidayah Allah SWT.

Dalam sebuah hadis, Aisyah RA pernah bertanya kepada doa yang dapat dipanjatkan ketika mendapati malam Lailatul Qadar. Kemudian, Rasulullah SAW menjawabnya dengan satu doa spesifik.


قَالَتْ: قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ: أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيَّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ، مَا أَقُولُ فِيهَا؟ قَالَ: قُولِي: اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي


Artinya: Aisyah berkata, "Saya pernah bertanya, 'Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika saya mendapati malam lailatul qadar, apa yang harus saya ucapkan pada malam tersebut?' Beliau menjawab, 'Hendaklah kamu membaca doa, 'Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'annii (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan menyukai ampunan, maka ampunilah segala kesalahanku)." (HR Ahmad, Tirmidzi, Nasa'i & Ibnu Majah)


Artikel ini ditulis oleh Alifia Kamila, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/fat)


Hide Ads