Gempa magnitudo (M) 6,1 (dimutakhirkan menjadi M 5,9) yang mengguncang Tuban siang ini, Jumat (22/3/2024) ternyata bukan yang pertama kali terjadi. Gempa M 6,6 pernah terjadi pada tahun lalu, tepatnya pada Jumat, 14 April 2023. Apa bedanya gempa hari ini dan tahun lalu?
Dosen Teknik Geofisika ITS Dr Ir Amien Widodo MSi menyebut, dua gempa ini berbeda jauh. Di mana, gempa tahun lalu tergolong gempa dalam. Sementara gempa hari ini merupakan gempa dangkal.
Pada tahun lalu, episenter gempa terletak pada koordinat 6,29 LS-111,92 BT atau tepatnya berlokasi di jarak 65 km barat laut Kota Tuban dengan hiposenter di kedalaman 643 km. Ini disebut gempa dalam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan tahun ini, episenter gempa bumi terletak pada koordinat 5,79Β° LS;112,32Β° BT atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 126 km arah Timur Laut Tuban pada kedalaman 10 km. Atau kerap disebut gempa dangkal.
"Beda jauh, sangat jauh. Kayak Tuban yang dulu itu ada di kedalaman 600 kilometer, ini di kedalaman 10 kilometer, gempa dangkal istilahnya," kata Amien kepada detikJatim, Jumat (22/3/2024)
Peneliti senior dari Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI) ITS ini menambahkan, perbedaan lain dari dua gempa ini yakni frekuensi terjadinya. Gempa hari ini tergolong jarang terjadi.
"Kalau gempa yang dulu beberapa kali terjadi. (Yang sekarang) Ini termasuk jarang terjadi. Justru gempa yang sering terjadi gempa dalam tadi yang di kedalaman 600 kilometer," imbuhnya.
Namun, gempa yang terjadi tahun lalu justru tak dirasakan warga Tuban. Padahal, gempa ini berpusat di barat laut Tuban. Gempa ini justru dirasakan daerah lain di Jatim, bahkan hingga Jakarta, Jawa Barat dan Bali.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan, bahwa Gempa Tuban itu termasuk gempa bumi jenis deep focus.
"Deep focus earthquake laut Jawa dipicu slab pull activity," kata Daryono, Jumat (14/4/2023).
Gempa bumi dalam itu menurutnya disebabkan oleh aktivitas deformasi slab pull pada lempeng Indo-Australia yang saling bertumbukan di zona subduksi di bawah Laut Jawa.
Analisis mekanisme sumber yang dilakukan BMKG, menurut Daryono juga menunjukkan bahwa gempa bumi itu memiliki mekanisme pergerakan turun atau normal fault.
Karena itu juga spektrum getaran gempa itu luas, dirasakan dengan skala intensitas V MMI di Jawa Timur, dengan skala intensitas IV MMI di Denpasar, Lombok Timur, Sumbawa, Dompu, dan Bima.
Getaran dengan skala III MMI seperti ada getaran truk lewat juga dirasakan di Kota Yogyakarta dan Gunungkidul. Bahkan getaran gempa juga dirasakan di gedung tinggi yang ada di Jakarta.
"Karena sumbernya sangat dalam maka dampak guncangannya memiliki spektrum yang luas, seluruh Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara Barat," kata Daryono dilansir detikNews.
Sementara itu, untuk gempa hari ini, hasil analisis BMKG menunjukkan, gempa kali ini terjadi akibat adanya aktivitas sesar aktif di laut Jawa.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif di laut Jawa. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan geser (strike-slip)," tulis Daryono dalam keterangan yang diterima detikJatim, Jumat (22/3/2024).
Sementara itu, Dr Amien Widodo sempat mengatakan, gempa ini dipicu sesar Bawean. "Namanya Sesar Bawean, tidak di Pulau Bawean, tapi di laut dekat Bawean. Cuma dia tidak melewati Baweannya," kata Amien.
BMKG menyebut, gempa ini tidak berpotensi tsunami. Meski begitu, dampak gempa bumi dirasakan di beberapa daerah, meliputi Jepara, Lamongan, Bojonegoro, Surabaya, Kudus, Blora, Bojonegoro, Surabaya, Kudus, Blora, Pekalongan, Nganjuk, Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, Sidoarjo, Madiun, Pasuruan, Malang, Semarang, dan Yogyakarta dengan skala intensitas II-III MMI.
(hil/dte)