DBD Serang Ponorogo, RS Ini sampai Tolak Ratusan Pasien karena Penuh

DBD Serang Ponorogo, RS Ini sampai Tolak Ratusan Pasien karena Penuh

Charolin Pebrianti - detikJatim
Rabu, 06 Mar 2024 05:00 WIB
Ilustrasi. Fogging pemberantasan nyamuk penyebab DBD di Ponorogo.
Ilustrasi. Fogging pemberantasan nyamuk penyebab DBD di Ponorogo. (Foto: Charolin Pebrianti/detikJatim)
Ponorogo -

Nyamuk Aedes Aegypti mulai menyerang Ponorogo. RSU Aisyiyah Ponorogo sampai menolak ratusan pasien karena ruang perawatan dipenuhi pasien Demam Berdarah Dengue (DBD).

"Saat ini ada 20 orang pasien DBD di RSU Aisyiyah," kata Humas RSU Aisyiyah Mohammad Arbain kepada wartawan, Selasa (5/4/2024).

Arbain menerangkan bahwa sejak Januari lalu terjadi peningkatan pasien DBD. Bahkan setiap hari ada 3 hingga 4 pasien DBD yang memeriksakan diri. Tidak sedikit yang berakhir dengan rawat inap.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari 20 pasien yang saat ini dirawat, terdiri dari 6 pasien mengalami Demam Dengue (DF), 13 pasien mengalami DBD, dan 1 pasien mengalami Dengue Shock Syndrome (DSS)," ujar Arbain.

Menurutnya, dari 13 pasien DBD itu ada 3 pasien DBD dari luar kota, yakni dari Wonogiri, Jateng. Bahkan ada satu pasien yang saat ini masih dirawat di ruang ICU. Selain DBD, juga ada kasus stroke, demam, dan paru-paru.

ADVERTISEMENT

"Data kami sempat menolak 88 pasien di bulan Februari dan 24 pasien di awal Maret karena penuhnya ruang perawatan," kata Arbain.

Kadinkes Ponorogo Dyah Ayu Puspitaningarti menjelaskan data Dinkes pada Januari 2024 terdapat 6 kasus DBD dan Februari tercatat ada 7 kasus DBD dengan total ada 13 kasus DBD hingga akhir Februari.

"Ada perbedaan data terkait kriteria pasien DBD antara rumah sakit dan Dinkes. Karena rumah sakit untuk penanganan awal kasus," kata Ayu.

Sementara, dia jelaskan bahwa data Dinkes mengacu pada sejumlah kriteria khusus berdasarkan hasil pemeriksaan hingga pasien dinyatakan sembuh. Seperti halnya kasus Demam Dengue (DF) pihak Dinkes tidak masuk dalam kategori kasus DBD.

"Memang terjadi perbedaan data antara rumah sakit dengan Dinkes. Demam dengue misalnya sudah dimasukkan ke dalam DBD, tetapi tidak apa-apa, hal itu dikarenakan untuk antisipasi supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," pungkas Ayu.




(dpe/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads