Puluhan aktivis yang mengatasnamakan Forum Masyarakat Peduli Demokrasi (Formas PeDe) berunjuk rasa di depan Gedung DPRD Tulungagung. Mereka menyuarakan dukungan kepada DPR RI agar menggelar hak angket untuk mengungkap kecurangan pemilu.
Dalam aksinya, massa membentangkan sejumlah poster dan spanduk yang berisi dukungan maupun aspirasi lain terkait pemilu. Salah satunya:
"Dukung hak angket, demokrasi bukan dinasti, bubarkan Bawaslu, ekonomi sulit masyarakat menjerit"
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, pengunjuk rasa juga membawa replika keranda mayat sebagai simbol kematian demokrasi di Indonesia.
Koordinator aksi Nanang Rohmat mengatakan, unjuk rasa ini sengaja digelar sebagai bentuk dukungan kepada DPR RI untuk menggunakan hak angket terkait pelaksanaan Pemilu 2024. Pihaknya mengaku prihatin melihat jalannya pemilu yang dinilai banyak terjadi kecurangan yang dilakukan secara masif dan terstruktur.
"Kami memberikan legitimasi, dukungan kepada DPR RI yang saat ini sedang berinisiatif untuk menggunakan hak angket. Kami tidak mempersoalkan siapa yang jadi hari ini, tapi yang kami persoalkan adalah proses," kata Nanang Rohmat, Selasa (5/3/2024).
Proses yang mengiringi jalannya pemilu juga dinilai banyak terjadi persoalan yang turut mencederai demokrasi. Sehingga, pemilu dinilai tidak berjalan dengan baik.
Formas PeDe menyebut, penguasa saat ini telah ikut cawe-cawe dalam pemilu dengan tujuan untuk mendukung calon tertentu. Bahkan, juga terdapat indikasi pengerahan aparatur negara untuk kepentingan penguasa.
"Jadi ada indikasi aparatur negara mulai dari pusat sampai daerah diintervensi untuk memenangkan calon tertentu," imbuhnya.
Massa akhirnya membubarkan diri setelah menyampaikan aspirasi dan diterima oleh salah satu anggota DPRD Tulungagung dari PKS, Reno Mardiputro.
(hil/dte)