21 Tahun silam tragedi pilu terjadi di wisata pemandian air panas, Desa Padusan, Pacet, Mojokerto. Longsor menimbun wisatawan yang kala itu sedang menikmati liburan sepekan setelah Hari Raya Idul Fitri. Peristiwa yang terjadi pada 11 Desember 2002 itu menewaskan 26 orang tersebut mencuri perhatian publik nasional.
Kala itu, hujan lebat mengguyur kawasan pemandian air panas yang terletak di lereng Gunung Welirang. Alam yang seolah sudah memberikan sinyal buruk itu nyatanya tidak menyurutkan niat pengunjung untuk berwisata di area pemandian yang tersohor itu.
Orang-orang yang sedang mandi maupun berada di sekitar pemandian asyik menikmati liburan mereka. Tidak ada satupun yang mengira bahaya dari atas lereng Gunung Welirang sedang mengancam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa saat usai hujan lebat, tepatnya sekitar pukul 15.30 WIB, musibah itu datang. Banjir bandang terjadi di kawasan Welirang. Gemuruh disusul longsoran tanah dan potongan kayu-kayu gelondongan dengan cepat meluncur dari atas gunung.
Dalam sekejap tanah longsor menimbun lokasi pemandian dan membuyarkan kebahagiaan wisatawan. Suasana renyah tawa keceriaan sontak berubah mencekam.
Lalu, seperti apa penampakan wisata pemandian yang jadi saksi bisu tragedi longsor itu sekarang?
detikJatim mendatangi lokasi tersebut, Senin (4/3/2024). Di sana detikJatim bertemu dengan Koordinator Pemandian Air Panas Padusan Heru Utomo. Dia mengatakan objek wisata air panas Pacet saat ini relatif lebih aman dari bencana banjir bandang dan tanah longsor. Heri mengatakan itu karena rutinnya mitigasi yang dilakukan.
"Selama rutin mitigasi oleh Perhutani, Insyaallah. Mitigasi di aliran sungai di sebelah pemandian, menyingkirkan pohon-pohon yang tersangkut. Biasanya kan banjir bandang karena aliran sungai tidak lancar, terbendung, lama-lama jebol," ungkap Heru kepada detikJatim.
Sementara itu, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Mojokerto Abdul Khakim menuturkan terdapat 2 langkah besar untuk mencegah tragedi tahun 2002 terulang. Pertama, mitigasi dengan membersihkan pepohonan yang tumbang dan menghambat aliran sungai di sebelah pemandian air panas Padusan. Sungai ini berasal dari Gunung Welirang.
"Tahun 2002 itu kan banyak penebangan pohon liar. Kalau sekarang alhamdulillah hutan Welirang sudah kembali rapat, menguatkan tanah," cetusnya.
Kedua, sudah dipasang dan berfungsinya sistem peringatan dini (Early Warning System) di lereng Gunung Welirang atas pemandian air panas Padusan.
"Apabila terjadi longsor, berapa kilometer sudah diketahui, sehingga wisatawan bisa waspada karena sirene peringatan pasti berbunyi," tandas Khakim.
Pascatragedi banjir bandang 21 tahun silam, pemandian air panas Padusan, Pacet, Mojokerto masih menjadi primadona para wisatawan. Bahkan, objek wisata di sekitarnya semakin lengkap, mulai dari kolam air panas, penginapan, hingga jalur pendakian.
Pemandian air panas Padusan sendiri mempunyai sejumlah kolam air panas yang bersumber dari Gunung Welirang. Wisatawan juga bisa berenang sepuasnya di kolam air biasa yang lumayan luas. Tiket masuknya pun terjangkau, yakni Rp 10.000 untuk dewasa dan Rp 7.500 untuk anak-anak.
Anak-anak dimanjakan dengan wisata berkuda persis di depan pintu masuk pemandian air panas Padusan. Wisata berkuda tersedia pukul 07.00-17.30 WIB. Tarifnya Rp 30.000 per anak untuk diajak keliling di sekitar pemandian air panas Padusan. Sedangkan jika penumpangnya 2 anak-anak atau 1 anak dan 1 dewasa, tarifnya menjadi Rp 35.000.
"Kunjungan wisatawan hari biasa 200-300 orang sehari, akhir pekan 1.200-1500 orang per hari di musim hujan. Kalau tidak hujan bisa 2.000 lebih per hari saat akhir pekan," terang Heru.
Area parkir pemandian air panas Padusan kini semakin luas. Terlebih lagi sejak semakin banyaknya objek wisata baru yang ada di sekitarnya. Menurut Heru, di dalam Wana Wisata Padusan kini terdapat 12 wahana. Dari jumlah itu, 5 wahana berupa kolam air panas, termasuk pemandian air panas Padusan. Sedangkan 7 wahana lainnya berupa penginapan, area camping dan glamping, serta jalur pendakian ke Putuk Pundak dan Putuk Siwur.
"Yang pasti mereka (wahana baru) bermunculan saat COVID-19 tahun 2020. Pascacorona mereka mulai beroperasi," jelasnya.
Sebelum masuk ke setiap wahana, pengunjung harus lebih dulu membayar tiket masuk ke Wana Wisata Padusan. Tarifnya Rp 12.500 untuk dewasa dan Rp 10.000 untuk anak-anak ketika hari biasa, serta Rp 15.500 untuk dewasa dan Rp 12.500 untuk anak-anak saat akhir pekan dan libur nasional. Tiket tersebut sudah termasuk asuransi.
Pemandian air panas Padusan saja, lanjut Heru, menyumbang pendapatan asli daerah (PAD) yang cukup besar untuk Pemkab Mojokerto. Seperti tahun 2023, objek wisata alam favorit ini ditargetkan meraup PAD Rp 4 miliar. Realisasinya di angka 70% atau sekitar Rp 2,8 miliar.
(hil/dte)