Pengamat Nilai Emil Bisa Masuk Kabinet Transisi dari Jokowi ke Presiden Baru

Pengamat Nilai Emil Bisa Masuk Kabinet Transisi dari Jokowi ke Presiden Baru

Muhammad Aminudin - detikJatim
Jumat, 01 Mar 2024 19:55 WIB
Emil Dardak temui Gibran di Balai Kota Solo, Senin (26/2/2024).
Emil Dardak (kanan) saat bertemu dengan Gibran Rakabuming Raka di Solo. (Foto: Tara Wahyu NV/detikJateng)
Malang -

Wagub Jatim periode 2019-2024 Emil Elestianto Dardak jadi salah satu nama yang digadang-gadang jadi menteri di pemerintahan Prabowo-Gibran jika menang Pilpres 2024. Posisi Emil sebagai juru bicara (jubir) Gibran saat kampanye makin membuat namanya melambung di kancah politik nasional.

Kabar itu semakin mencuat kala Emil turut menyambut kedatangan Prabowo di VVIP Bandara Juanda pada 17 Februari 2024 lalu atau 3 hari setelah coblosan. Prabowo kemudian sempat makan siang bareng Emil dan Soekarwo atau Pakde Karwo di tengah agenda utama bertemu dengan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kala itu Emil membantah soal tawaran menteri dari Prabowo.

"Nggak ada, nggak ada. Kan tahu sendiri kalau saya sama pakde ada pak Prabowo pasti ngomong ekonomi. Pak Prabowo sangat intelektual dan fokus pada perekonomian di Indonesia, dan masalah strategi perekonomian," ujar Emil kala itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, tak ada yang bisa dipastikan di tengah laju roda politik yang dinamis. Pengamat komunikasi politik Verdy Firmantoro menilai, peluang Emil Dardak untuk menjadi menteri sangat terbuka. Bahkan, Emil juga bisa masuk kabinet di tengah masa transisi pemerintahan Jokowi ke Prabowo jika menang pemilu. Sama seperti Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang masuk kabinet sebagai menteri ATR.

"Dalam konteks posisi, istilahnya kolaborasi di kabinet, peluang itu (Emil masuk kabinet) sangat terbuka ya. Jadi peluang itu sebenarnya memang sangat terbuka ya," ungkap Verdy kepada detikJatim, Jumat (1/3/2024).

ADVERTISEMENT

Menurut Verdy, ada 3 hal yang dipertimbangkan terkait seseorang layak masuk kabinet atau tidak. Yakni kapasitas, kolaborasi, dan peta koalisi. Emil dinilai Verdy memenuhi ketiga hal itu.

"Dia jelas pernah memiliki profesional ekonomi, kemudian pernah menjadi bupati Trenggalek, dia pernah menjadi wakil gubernur Jawa Timur. Minimal capacity itu sudah diuji dalam ruang publik," ucap Verdy.

Selanjutnya kolaborasi. Faktor ini menguji seorang figur bisa beradaptasi dan bersinergi. Tidak hanya secara kelembagaan, tapi juga secara personel.

"Kalau melihat itu, tentunya Mas Emil saya kira juga punya potensi itu ya, karena beliau secara adaptasi dengan pengalaman yang ada tadi itu bisa langsung tancap gas kepada apa yang bisa dikerjakan," lanjutnya.

Dan yang terakhir adalah faktor peta koalisi. Sejauh ini Demokrat turut membantu kemenangan Prabowo-Gibran, terutama di Jatim di mana kawasan Mataraman menjadi salah satu kantong suara partai berlogo bintang Mercy tersebut.

"Selain itu, masuknya AHY menunjukkan bahwa Demokrat betul-betul menjadi bagian dari pemerintah saat ini maupun transisi ke pemerintahan berikutnya," kata Verdy.

Verdy melanjutkan, segala kemungkinan bisa terjadi di politik. Dari 3 poin di atas, dia menilai Emil layak untuk menjadi menteri, bahkan di masa transisi sebelum adanya pemerintahan baru setelah Jokowi. Emil bisa saja dimasukkan sebagai posisi Wakil Menteri (Wamen).

"Artinya begini, sejauh mana penetrasi Mas Emil bergerilya masuk ke istana. Yang kedua adalah penetrasi Demokrat untuk betul-betul punya komitmen strategis. Yang ketiga adalah perlu ada kelompok baik yang betul-betul mendukung bahwa mas emil perlu masuk ke ruang kabinet itu," lanjutnya.

"Jadi kalau ada 3 elemen, bangunan sistem, yang artinya Mas Emil tidak dilahirkan hanya untuk mengisi posisi, tapi Emil Dardak dalam hal ini dibutuhkan untuk mengisi karena kapasitas, kemampuan, dan seterusnya. Itu dibutuhkan di tengah transisi-transisi yang saya kira perlu. Misalkan pak Jokowi perlu soft landing, karena sudah mengisi kepemimpinan yang akan berakhir," tukasnya.




(dpe/dte)


Hide Ads