Stoikisme (Stoisisme) adalah aliran pemikiran yang tumbuh dan berkembang pada masa Yunani dan Romawi klasik. Filsafat ini dianggap sebagai salah satu aliran yang paling mulia dan terkemuka dalam sejarah Barat. Meskipun sudah purba, aliran ini masih cukup relevan dengan kondisi manusia sekarang.
Tujuan utama dari Stoikisme adalah hidup dengan mengendalikan emosi negatif yang ada. Tak hanya itu, Stoikisme juga mengajarkan bagaimana hidup dengan kebajikan.
Kaum Stoa, panggilan untuk penganut Stoikisme, selalu mendorong keterlibatan dalam urusan manusia, dengan keyakinan bahwa tujuan utama dari segala penelitian adalah untuk menyediakan panduan perilaku yang menekankan kedamaian batin dan kepastian nilai moral.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari buku Filosofi Teras, ada beberapa hal yang Stoikisme ingin capai. Seperti berikut ini:
- Hidup bebas dari emosi negatif. Emosi negatif berupa rasa sedih, marah, curiga, cemburu, baper dan lain-lain. Kaum Stoa selalu mengedepankan ketentraman. Mereka percaya bahwa ketentraman dapat dicapai dengan memfokuskan diri pada hal-hal yang dapat mereka kontrol.
- Hidup dengan mengasah kebajikan.
Stoikisme memaparkan ada empat kebajikan utama. Seperti berikut ini:
- Keadilan, yaitu memperlakukan individu lain dengan adil dan jujur
- Kebijaksanaan, kemampuan individu dalam mengambil keputusan dalam situasi apapun
- Menahan diri, meliputi kedisiplinan, kepantasan, kesederhanaan, dan kontrol diri
- Keberanian, berani dalam berbuat yang benar.
Buku Filosofi Teras juga menjelaskan bahwa ada langkah-langkah yang bisa kita ambil ketika merasakan emosi negatif. Mereka membuat akronim S-T-A-R (Stop, Think, Assess, Respond).
S-T-A-R:
Stop (berhenti)
Ketika kita merasakan emosi negatif, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah berhenti dulu. Hal tersebut dilakukan untuk memberi ruang kita mencerna emosi negatif yang diterima.
Think and Assess (dipikirkan dan dinilai)
Setelah kita menghentikan emosi negatif yang sedang kita alami, kita bisa lebih efektif untuk berpikir. Jadi pada langkah ini kita bisa lebih rasional dalam berpikir terhadap sesuatu yang kita alami.
Kemudian, kita bisa mulai menilai (assess), apakah perasaan tersebut dapat dibenarkan atau tidak. Kita juga bisa berpikir, apakah emosi yang dirasakan merupakan sesuatu yang bisa dikendalikan atau tidak.
Menurut Epictetus, ada beberapa hal yang bisa dikendalikan dan ada yang tidak. Hal-hal yang bisa kita kendalikan contohnya opini, persepsi dan keinginan kita. Sedangkan yang tidak bisa kendalikan contohnya persepsi orang lain terhadap kita.
Respond
Setelah emosi kita sudah turun dan sudah dapat berpikir dengan rasional, baru kita dapat merespons hal yang terjadi. Respons tersebut dapat berupa ucapan atau tindakan. Sebab, respons tersebut dipilih setelah memikirkan situasinya dengan baik-baik, maka diharapkan respons yang muncul bijak, tidak terbawa emosi, adil dan berani
Teknik S-T-A-R tersebut dapat digunakan seseorang ketika mendeteksi emosi negatif dalam dirinya. Dengan teknik ini, kita lebih bisa berpikir secara rasional dan menghasilkan keputusan yang bijak. Hal tersebut tentu berbeda apabila kita merespons dengan emosi yang masih tersulut karena dapat menghasilkan keputusan yang gegabah.
Artikel ini ditulis oleh Allysa Salsabillah Dwi Gayatri, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(hil/sun)