Massa yang tergabung dalam Gerakan Surabaya Melawan melakukan aksi unjuk rasa di Taman Apsari. Di seberang Gedung Negara Grahadi itu mereka sampaikan penolakan tentang politik dinasti.
Dalam aksi itu massa melakukan orasi, teatrikal, pembacaan puisi, serta melantunkan nyanyian kritik atas kondisi demokrasi di Indonesia jelang pelaksanaan Pemilu 2024.
Mereka menuntut agar pemerintah saat ini, khususnya presiden, tidak menyalahgunakan kekuasaan untuk melenggangkan politik dinasti dan menghancurkan demokrasi di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk menyuarakan itu massa Gerakan Surabaya Melawan itu juga membentangkan sejumlah spanduk serta membawa sebuah keranda hitam sebagai simbol matinya demokrasi.
Salah satu hal yang mereka soroti adalah dugaan politik dinasti yang dilanggengkan Presiden RI Joko Widodo yang mencalonkan anaknya, Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres Prabowo.
"Kami akan membuat aksi sebenarnya apabila Jokowi tidak netral hari ini. Jokowi telah mendorong anak kandungnya sendiri. Maka dari itu kami akan menolak politik dinasti," ujar salah satu orator, Jumat (9/2/2024).
"Bahwa yang memiliki negara ini bukan satu keluarga, pihak, partai, tetapi masyarakat Indonesia," seru orator tersebut.
Koordinator aksi Gerakan Surabaya Melawan, Laode Mohammad Jalaludin menyampaikan bahwa netralitas ASN harus ditegakkan. Dia melihat hari ini banyak terlihat ketidaknetralan.
![]() |
"Sudah pasti yang kami kritik kenetralan dari bapak presiden per hari ini, di mana sudah disampaikan presiden sendiri bagaimana kenetralan antara TNI, Polri, dan ASN. Maka dari itu kami menuntut dan meminta bukti bahwa hal itu betul netral," ujarnya kepada detikJatim.
Lebih lanjut, koordinator aksi yang juga merupakan bagian dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Unitomo itu menyampaikan aksi mereka kali ini hanya awalan untuk aksi yang lebih besar. Dia pastikan akan ada aksi besar-besaran yang bakal digelar oleh mahasiswa di Surabaya.
"Pasti. Ini bagian bentuk awalan, pemantik teman-teman untuk kemudian nantinya saya akan jamin ada aksi besar-besaran di Surabaya. Karena kita tahu bahwa Surabaya sebagai sentral gerakan," katanya.
Baca juga: Apa Itu Golput? Ini Sejarah hingga Alasannya |
"Maka dari itu saya mengajak teman-teman seperjuangan saya, OKP, ataupun organisasi internal (dan) eksternal kampus untuk melakukan gerakan lebih besar," tandasnya.
Gerakan Mahasiswa Surabaya ini juga mengajak berbagai elemen masyarakat seperti ibu-ibu, kelompok intelektual, dan para pemuda.
Mereka menyampaikan sejumlah tuntutan berikut ini.
![]() |
1. Menuntut Presiden RI untuk tidak memainkan nilai dan norma hukum dan menjadikan hukum sebagai instrumen politik keluarga sehingga hukum jauh dari keadilan.
2. Menuntut Presiden RI memberikan jaminan TNI, Polri, dan ASN untuk bersikap netral agar tidak memihak pada salah satu calon Presiden dan calon Wakil Presiden pada 14 februari 2024 mendatang.
3. Menuntut Presiden agar tidak melakukan tindakan nepotisme.
4. Menuntut KPU dan Bawaslu sebagai lembaga penyelenggara dan pengawas pemilu untuk tidak masuk angin agar tidak memihak apalagi dikendalikan oleh Presiden.
(dpe/dte)