Bayi perempuan di Desa Sejati, Kecamatan Camplong, Sampang bernama Amira Hiliatun Nisak lahir dengan 24 jari. Begini saran dokter spesialis anak (DSA) untuk bayi tersebut.
Dokter Spesialis Anak (DSA) di RSUD Mohamad Zyn Sampang, dr Sri Astuti Eviningrum mengaku tidak menyarankan bayi tersebut untuk melakukan operasi. Kenapa?
"Hal itu (operasi) tidak mempengaruhi pada fungsi secara umum. Cuma itu hanya soal estetik," kata Sri Astuti, Rabu (31/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, tindakan medis atau operasi tidak perlu dilakukan. Sebab, selain fungsi organ masih normal, bentuk struktur jari dan telapak tangan dan kaki bayi tersebut tergolong rapi.
"Sepertinya sih kalau melihat dari susunan anatomi sih tidak masalah kalau memang seperti itu, tapi ya itu kembali ke masalah estetik. Jadi, hanya orang melihatnya enam, kayaknya gimana gitu apalagi atas sama bawah sama," imbuh Sri.
Meski demikian, Sri menyarankan agar keluarga tetap memantau perkembangan bayi itu. Meskipun, kecil kemungkinan jari-jari bayi itu tidak akan berkembang seiring dengan bertambahnya usia.
"Dia itu kan masih bayi, jadi kita belum bisa melihat fungsi secara keseluruhan. Kita observasi tumbuh kembangnya dia di usia berapa nanti dia bisa mulai belajar mengambil, memegang dan lainnya," tandasnya.
Sementara saat hamil, Subaidah (30), ibu bayi itu mengaku selalu penasaran melihat kepiting di rumah makan tempatnya bekerja. Apakah hal ini berpengaruh?
Sri menjelaskan, dalam dunia medis, kelebihan jari pada tangan dan kaki biasa disebut polidaktili. Sri mengatakan, polidaktili tidak disebabkan oleh pikiran, apalagi mimpi. Menurutnya, hal tersebut merupakan mitos hingga menciptakan sugesti yang membuat sebagian masyarakat percaya.
"Yang jelas tidak ada hubungannya antara dia itu melihat, memikirkan ataupun dia mimpi itu sama sekali tidak mempengaruhi terbentuknya anatomi bayi," kata Sri Astuti.
Ia menyebut, polidaktili disebabkan gangguan pada proses pembentukan jari-jari tangan atau kaki janin pada masa kehamilan.
Ada dua penyebab polidaktili. Yakni faktor genetik yang disebabkan oleh kelainan genetik ketika terjadi mutasi atau perubahan pada gen dan faktor nongenetik yakni karena kondisi kesehatan ibu dan bayi.
"Kalau melihat dari bentuknya itu faktor genetik, itu kan biasanya dari faktor pembentukan dalam proses kehamilan," imbuhnya.
Sementara itu, pihak keluarga bayi mengaku tidak ada yang setuju jika jari tersebut dioperasi. Sekalipun tindakan operasi tersebut untuk membuat tampilan tangan anaknya seperti pada umumnya.
"Ada yang menyarankan agar jari itu dioperasi agar bagus, tapi kami nggak mau. Jangankan karena ekonomi kami tidak mampu, walaupun kami bayak uang, kami tetap nggak mau," kata ibu bayi, Subaidah.
Subaidah mengaku mensyukuri apapun pemberian Allah SWT.
"Sejak awal kami dikasih tahu jika jari anak saya banyak, kami tawakkal. Apalagi ada keluarga berpesan jika dioperasi anaknya akan diambil," terangnya.
(hil/dte)











































