Penanaman lewat teknologi udara ini merupakan bagian dari Gerakan Swasembada Kedelai dengan Teknologi Smart Precision Farming dan Pupuk Bio Organik Attapulgite. Metode ini jauh lebih efisien dibandingkan proses manual.
"Menurut saya ini new hope, harapan baru. Karena ini daerah yang sebelumnya selama 25 tahun menjadi lahan tidur. Lalu ini diolah 5 hari dan kemudian siap untuk ditebarkan benih kedelai," ujar Khofifah, Kamis (25/1/2024).
Proses penanaman kedelai menggunakan drone ini memerlukan durasi waktu 10 sampai 15 menit per hektare. Hal ini disebut Khofifah jauh lebih cepat daripada proses manual yang seringkali membutuhkan waktu lebih dari sehari.
Selain itu, Khofifah mengatakan, biaya yang dikeluarkan juga jauh lebih murah. Yakni di kisaran Rp 150 ribu atau lebih kecil dari manual yang membutuhkan anggaran hampir Rp 2 juta.
"Maka ini harapan baru bagi proses produktivitas lahan yang ideal menurut saya. Ini luar biasa dengan precision smart farming-nya karena kebutuhan teknologi di berbagai sektor, terutama di sektor pertanian, menjadi penting," katanya.
Khofifah menambahkan, ketika metode ini berhasil, proses yang sama dapat diaplikasikan di desa-desa lainnya di Bangkalan dan di Jawa Timur. Sehingga, visi Bangkalan untuk menjadi sentra kedelai nasional dapat tercapai.
"Mudah-mudahan ini akan menjadi referensi bagi desa-desa yang lain. Tidak hanya di Bangkalan, tapi juga daerah-daerah lain di Jawa Timur," harapnya.
Maka, sambung Khofifah, jika metode ini diaplikasikan di wilayah Jawa Timur, diharapkan dapat meningkatkan produksi kedelai. Karena, impor kedelai Indonesia hari ini sangat tinggi. Sebab, kebutuhan kedelai di Indonesia untuk lauk seperti tempe dan tahu sangat tinggi.
"Maka kadang-kadang kita harus menyesuaikan harga yang signifikan. Karena kalau misalnya nilai tukar rupiah melemah kemudian harus membayar harga impor kedelai dengan dolar, maka kedelai untuk industri kita harganya menjadi tinggi," ungkapnya.
"Terima kasih atas kebersamaan ini. Mudah-mudahan ini akan menjadi entry point yang strategis meningkatkan produktivitas kedelai sampai 5 ton per hektare dan jagung sampai 20 ton per hektare," harap Khofifah.
(hil/dte)