Pilu Bocah Kelas 5 SD Banyuwangi Gantung Diri di Kandang Sapi

Round Up

Pilu Bocah Kelas 5 SD Banyuwangi Gantung Diri di Kandang Sapi

Dida Tenola - detikJatim
Selasa, 23 Jan 2024 08:00 WIB
Ilustrasi Gantung Diri
Ilustrasi gantung diri. (Foto: Mindra Purnomo/detikcom)
Surabaya - Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi kepada siapapun untuk melakukan tindakan serupa. Bagi Anda pembaca yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

Pagi masih buta saat M Ansori (54) dan Miswan (60) mulai beraktivitas. Kedua pria itu lekas menuju ke sekitar kandang sapi di dekat rumah sekitar pukul 05.00 WIB. Setibanya di sana, betapa terkejutnya mereka saat melihat tubuh yang tergantung kaku.

Adalah EF (11), bocah kelas 5 SD asal Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi yang diduga tewas gantung diri. Ansori merupakan ayah angkat EF. Sedangkan Miswan merupakan paman EF.

Kedua pria itu kemudian segera menurunkan tubuh EF. Setelah itu, mereka melapor ke polisi.

Polisi yang tiba ke lokasi sempat kesulitan untuk melakukan identifikasi. Pasalnya, tubuh EF sudah diturunkan terlebih dahulu.

"Korban sudah meninggal dunia sebelum petugas Polsek Wongsorejo tiba di TKP, tubuh korban sudah lebih dulu diturunkan oleh ayah tiri dan paman korban pada saat kejadian," terang Kapolsek Wongsorejo AKP Eko Darmawan, Senin (22/1/2024).

Dari hasil olah TKP, lanjut Eko, polisi menyita barang bukti tali tampar berwarna biru dengan ukuran sekitar 1,5 meter, sandal jepit berwarna hitam dan tangga bambu serta ponsel telah diamankan. Senazah korban selanjutnya dievakuasi ke RSUD Blambangan.

"Diduga korban mengikat tali simpul sebanyak dua kali ke leher dan diikat di tangga bambu di atas kandang," tambah Eko.

Berdasar keterangan keluarga, sebelum ditemukan gantung diri, korban tak menunjukkan gejala yang janggal. Polisi lantas memeriksa handhphne EF. Dari situ ditemukan ternyata korban diketahui sering menonton konten di YouTube yang tidak selayaknya dilihat oleh anak-anak seusianya.

"Korban sering melihat isi konten video YouTube seperti cerita awalnya diremehkan lalu menaklukkan iblis terkuat dan menjadi murid tak terkalahkan," lanjutnya.

Menurut Eko, selama ini korban dalam pengasuhan paman dan ayah dan ibu angkatnya sejak usia 2 tahun. Ibu angkat EF atau istri Anshori bernama Misrihati.

Sedangkan orang tua kandung EF selama ini tinggal di Surabaya. Saat kejadian mereka sedang berada di Ponorogo. Mereka kemudian segera berangkat ke Banyuwangi begitu mendapatkan kabar kematian EF.

Sementara itu, Kasat Reskrim Polresta Banyuwangi Kompol Andrew Vega menjelaskan, jenazah korban dievakuasi ke RSUD Blambangan. Mulanya Anshori maupun Miswan menolak jenazah EF diautopsi. Namun, orang tua kandung EF menyetujui autopsi.

"Jenazah korban sudah dibawa ke RSUD Blambangan. Saat ini kita terbitkan Laporan Polisi (LP) dan menunggu proses administrasi pelaksanaan autopsi," beber Vega.

Polisi juga sudah melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan terus mendalami penyebab kematian korban.

"Olah TKP sudah laksanakan. Saat ini masih terus memintai keterangan warga dan para tetangga," tuturnya.

Sebelumnya jenazah korban juga telah dilakukan pemeriksaan visum luar oleh tim medis Puskesmas Bajulmati, Wongsorejo. Hasilnya, tidak ditemukan tanda tanda kekerasan di tubuh korban. Hanya ada bekas jeratan tali tampar di leher. Namun, polisi tetap akan menunggu hasil autopsi untuk menyimpulkan penyebab kematian EF.

"Saat ini kami masih menunggu hasil autopsi terhadap jenazah korban," tandas Vega.


(hil/dte)


Hide Ads