Presiden Jokowi menghadiri kegiatan Konvensi XXIX dan Temu Tahunan XXV Forum Rektor Indonesia (FRI) yang diselenggarakan di Graha Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Senin (15/1/204).
Rektor Universitas Airlangga (Unair) itu menyampaikan keluhannya mewakili para rektor Perguruan Tinggi Negeri (PTN) bahwa Kejaksaan hingga KPK menghantui ketika kreasi dan inovasi terjual.
"Merdeka Belajar, Kampus Merdekanya masih agak terlupakan. Kita selama ini masih dihantui. Kampus Merdeka ini harusnya tempat berkreasi inovasi yang saat mampu menjual dan hasil penjualannya dilirik Kejaksaan, KPK, BPK. Ini harus dibayar ke mana kalau mau dipakai modal, persediannya dalam bentuk apa, dan seterusnya," kata Prof Nasih di Graha Unesa.
Ia menyebutkan banyak hal yang harus disampaikan terkait masalah di Perguruan Tinggi (PT). Keluhan ini akhirnya dia curahkan agar bisa segera teratasi dan Kampus Merdeka bisa dirasakan oleh semua PT.
"Kami di perguruan tinggi masih menemukan banyak hal. Mohon maaf, ini uneg-uneg kekhawatiran kami semuanya," ujar Nasih di hadapan Jokowi.
![]() |
Tidak hanya PTN, Perguruan Tinggi Swasta (PTS) juga memiliki uneg-uneg sendiri. Nasih menyebutkan bahwa masalah PTS selama ini ialah perpajakan hingga listrik. Menurutnya hal itu tak sebanding dengan pendapatan dosen dan PTS itu sendiri.
"Demikian juga kawan-kawan swasta, pajak ngincer terus. Mohon maaf, Pak Jokowi. Kita harus tertib, padahal ya pendapatan dosen itu berapa. Pendapatan PTS juga sangat minim, tapi terus diuber-diuber pajak, listrik belum pakai tarif sosial, dan lain-lain," jelasnya.
"Ini kekhawatiran yang mengurangi rasa merdeka kami untuk terus memberikan merdeka belajar bagi para mahasiswa. Kami akan melanjutkan banyak hal, MB harus dilanjutkan dengan Kampus Merdeka," tambahnya.
Selain itu, Nasih menjelaskan amanah dari Presiden Jokowi agar FRI bisa berkontribusi menyiapkan Indonesia Emas yang maju. Jokowi mengaku optimis Indonesia Emas bisa tercapai lebih cepat dari 11 tahun.
"Indonesia maju yang dipercepat, bukan 2045 tapi 2034 Insyaallah. Jalan menuju Indonesia maju sangat terjal dan salah satu kuncinya adanya insan indonesia sehat, terdidik, dan terlatih, dan fokusnya ada di dunia pendidikan," ujarnya.
Untuk mencapai itu, Nasih menyebutkan bahwa diperlukan komitmen kuat, kebersamaan yang masif, serta leadership. Kepemimpiman yang kuat itu akan menjamin fokus di dunia pendidikan dan peningkatan kualitas SDM.
"Kalau pemimpin nasional tidak konkret di situ, ya mohon maaf kami mendukung Pak jokowi untuk bisa menyiapkan pemimpin yang kuat bagi Indonesia. Yang terbaik harus mendapat kesempatan mengelola atau menjadi dirijen dalam pengembangan bangsa," katanya.
(dpe/iwd)