Nama Kepala UPT Parkir Tepi Jalan Umum Dishub Surabaya, Jeane Taroreh, makin dikenal usai viral beberapa waktu lalu. Dalam video yang beredar, Jeane tegas melawan jukir ketika sosialisasi pembayaran parkir pakai QRIS di Jalan Tunjungan, Surabaya.
Dalam menjalankan tugas hingga berdebat atas penolakan jukir, ancaman kepada Jeane bisa saja terjadi. Jeane menceritakan, beruntung selama ia melakukan penertiban parkir, tidak pernah mendapatkan ancaman.
"Kalau ancaman tidak ada, cuman mungkin ada ketidakpuasan dari mereka, ditertibkan. Seperti beberapa lalu, tidak boleh parkir di pedestrian menertibkan di lapangan, mereka patuh langsung menurunkan R2 dan kita sampaikan juga ke pemilik toko ditegur juga kalau karyawan jangan parkir di pedestrian, karena itu hak pejalan kaki," kata Jeane kepada detikJatim, Jumat (12/1/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, setelah ia viral dengan sikap tegasnya, Jeane mengaku tidak menerima ancaman apapun. Ia berharap tak menerima ancaman, karena ia mencoba amanah dalam menjalankan tugas yang diberikan.
"Tidak ada. Tidak ada ancaman kalau ditertibkan, kalau mereka salah langsung memindahkan parkirnya," ujarnya.
Ia menyebut, ada beberapa titik jukir yang masih bandel soal parkir. Seperti menjadikan pedestrian sebagai lahan parkir, hingga melebihi kapasitas kendaraan parkir.
"Jalan Tunjungan, KBS, beberapa titik lainnya di Wargaku di RS Siloam. Selain parkir di pedestrian, ada beberapa jukir mematok kapasitas melebihi. Misal kapasitas 25 motor, dia lebih dari itu dan memakan jalan akhirnya ditertibkan," jelasnya.
Sebelumnya, Jeane menceritakan, pada Senin (8/1/2024) ia tengah menjalankan tugasnya melakukan sosialisasi formula baru pembayaran parkir dengan QRIS kepada jukir. Lokasi penerapan kebijakan ini, salah satunya di Jalan Tunjungan.
Ia merasa selama ini memiliki hubungan yang baik dengan paguyuban parkir, karena parkir juga penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) Surabaya.
"Beberapa kali kita melakukan sosialisasi seperti itu bahwa tujuan pemerintah kota untuk kebaikan Kota Surabaya, kota besar, semuanya pasti serba modern dan digitalisasi. Harapannya dengan QRIS ini bisa tertata dengan baik, transparan. Beberapa kali, mulai Agustus, saya dan tim sudah melakukan persiapan, ternyata ada penolakan," ujarnya Jeane kepada detikJatim, Jumat (12/1/2023).
Ia menjelaskan, sosialisasi ini telah dilakukan sejak Agustus hingga November. Namun, saat sosialisasi, ia menemui gelombang penolakan yang cukup besar di Jalan Tunjungan.
Saat itu, di Jalan Tunjungan, ada salah satu dari paguyuban parkir yang tidak terima dengan sistem QRIS. Kemudian, jukir menyampaikan penolakannya dengan nada yang lebih keras.
"Itu awalnya sebelum bergeser mereka (jukir) bertanya, 'Bagaimana ini? Apa akan terus dilakukan?' Loh iya, saya terus menjalankan program ini. Itu mungkin mereka mulai emosi. Intinya mereka tidak ingin QRIS ini dijalankan," ceritanya.
Karena situasi saat itu sedang panas dan banyak yang menyerangnya dengan nada keras, Jeane terpaksa menyampaikan imbauannya dengan nada tinggi. Namun, maksudnya bukan untuk menjadi kasar, tapi tegas dalam mengemban amanah yang diberikan kepadanya.
"Bukan karena arogan atau melawan mereka. Saya sudah mencoba melakukan pendekatan, sosialisasi kepada jukir, kenapa masih ditolak. Saya sampaikan dari UPT parkir melakukan kebaikan, peningkatan kesejahteraan jukir dari 20 persen menjadi 35 persen. Namanya juga manusia, cuaca panas juga, cukup memancing juga. Saya bertanya maunya apa, kalau kemauan ada yang tidak puas sampaikan saja," jelasnya.
(hil/dte)