Untuk pertama kalinya menggelar perayaan Natal di Balai Kota Surabaya, Wali Kota Eri Cahyadi akan merayakan Hari Waisak bulan depan. Kegiatan ini sebagai bentul toleransi pemerintah kepada semua agama yang ada.
Eri Cahyadi mengatakan, Balai Kota Surabaya adalah milik semua warga dan agama. Baik agama Islam, Budha, Kristen, Katolik, Hindu, Konghucu akan dirayakan ketika hari besar keagamaan.
"Sama, perayaan Waisak bulan depan. Setiap peringatan besar umat beragama akan kita lakukan di Balai Kota. Karena Balai Kota ini milik semua agama dan semua rakyat, sehingga ada kedekatan dengan pemerintah kota," kata Eri saat ditemui detikJatim di Balai Kota Surabaya, Jumat (12/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Biasanya saat memasuki perayaan hari besar keagamaan ditunjukkan dengan ornamen-ornamen khas. Seperti di Balai Kota, Balai Pemuda, depan Monumen Bambu Runcing dan beberapa jalan protokol lainnya. Tapi mulai tahun ini akan berbeda.
"Bukan hanya simbol, kalau biasanya kan ornamen ketika Natal ada ornamen di Balai Kota dan laiInnya, Waisak, Hindu dan lainnya. Sekarang tidak hanya ornamen, kita juga adakan perayaan," ujarnya.
Perayaan hari raya keagamaan di Balai Kota nantinya akan menjadi agenda tahunan. Eri ingin menjadikan contoh kerukunan dan keberagaman, sekaligus mempertegas Surabaya sebagai kota toleransi.
"Ini wujud toleransi di Kota Surabaya dan akan terus menjalankan ini. Kita menujukkan bahwa Surabaya ini kota untuk semua umat beragama. Pemerintah yang baik adalah bagaimana kita bisa memberikan rasa aman, nyaman kepada semua umat beragama di Kota Surabaya," tandasnya.
Diketahui, Surabaya memang selalu menonjolkan sikap toleransi yang tinggi. Hidup saling berdampingan, rukun dan damai antar umat beragama, bahkan bergantian dan saling bergotong royong setiap perayaan hari besar keagamaan.
Salah satu contoh toleransi dan kerukunan umat beragama ada di Royal Residence Wiyung, Surabaya. Toleransi itu diwujudkan dengan 6 tempat ibadah berbeda yang berdiri saling berdampingan.
Ke-6 tempat ibadah tersebut sesuai dengan agama yang diakui di Indonesia. Yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu. Enam rumah ibadah tersebut adalah Masjid Muhajirin, Vihara Budhayana, Kapel Santo Yustinus untuk umat Katolik, Klenteng Ba De Miao. Kemudian Pura Sakti Raden Wijaya, dan GKI Wiyung Royal Residence untuk umat Kristen.
(esw/fat)