Psikolog Ungkap Faktor Mengapa Seseorang Tega Bunuh dan Mutilasi Orang Lain

Psikolog Ungkap Faktor Mengapa Seseorang Tega Bunuh dan Mutilasi Orang Lain

Muhammad Aminudin - detikJatim
Selasa, 09 Jan 2024 11:26 WIB
Psikolog dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Adhyatman Prabowo
Psikolog dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Adhyatman Prabowo/Foto: Dokumen UMM
Malang -

Akhir-akhir ini, Kota Malang digemparkan dengan adanya pembunuhan yang disertai mutilasi. Apa motif yang mendorong seseorang melakukan hal tindakan keji tersebut?

Psikolog dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Adhyatman Prabowo menjelaskan, pada dasarnya secara umum ada 2 motif atau perilaku individu ketika mengalami kejadian yang mendadak yang menjadi alasan seseorang melakukan pembunuhan hingga tega memutilasi korbannya.

Pertama, pelaku ingin menghilangkan barang bukti atau tidak ingin memperlihatkan bahwa dia telah membunuh dengan melakukan pemotongan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bisa dibilang hal itu murni sikap untuk membela diri, karena bisa jadi awalnya pelaku tidak berniat membunuh, namun korban sudah terlanjur kehilangan nyawa. Kedua, faktor psikologi seperti traumatis, seksual, dan permasalahan yang belum selesai," ungkap Adhyatman, Selasa (9/1/2024).

Dalam pandangan psikologi, kata Adhyatman, khususnya permasalahan keluarga, bisa disebabkan oleh banyak hal. Misalnya, karena stres dan tekanan hidup yang dialami.

ADVERTISEMENT

Maka dari itu, peran komunikasi sangat penting dalam menjalin hubungan. Jika komunikasi antarpasangan terjalin dengan baik, maka saat mengalami permasalahan dalam rumah tangga, kedua belah pihak bisa mengambil keputusan secara rasional tanpa emosional.

Adhyatman berpesan, masyarakat perlu untuk memahami pentingnya menjaga kesehatan mental. Secara sederhana, kesehatan mental diawali bagaimana cara berpikir, mengelola emosi, bersosial, dan berperilaku.

Jika ada masalah dengan pasangan ataupun keluarga, sebaiknya segera diselesaikan. Masalah yang ditunda tanpa adanya penyelesaian, akan menjadi rumit dan akhirnya sulit untuk diatasi.

"Lebih banyak berinteraksi dengan lingkungan sekitar seperti mengikuti kegiatan positif atau saling sharing kepada orang terdekat yang dipercaya. Tujuannya untuk sedikit mengalihkan atau mengurangi beban yang sedang dialami. Ini bisa menjauhkan diri dari hal-hal negatif pemicu kejahatan," beber dosen Fakultas Psikologi UMM ini.

Sementara itu, saat disinggung di tengah arus informasi yang begitu cepat, apakah pemberitaan di berbagai media online menjadi inspirasi untuk seseorang melakukan tindak kejahatan? Adhyatman menyampaikan, kecil kemungkinan media memberikan efek terhadap seseorang untuk meniru kejahatan yang sama.

"Pemberitaan pada media massa sangat kecil kemungkinannya membuat orang dewasa untuk meniru atau menjadikan motivasi dalam bertindak untuk hal yang serupa," ucapnya.

Ia menambahkan, dalam teori sosial learning Albert Bandura, manusia mengambil informasi dan memutuskan tingkah laku yang akan diadopsi berdasarkan lingkungan dan tingkah laku orang lain yang ada di sekitarnya.

Namun, teori tersebut berlaku untuk anak-anak yang masih belum bisa menyaring segala informasi yang didapatkan dari media sosial atau media massa dengan benar dan bijak.

"Tidak berlaku bagi orang dewasa yang sudah dibekali pengetahuan, cara berpikir, dan norma sosial yang secara otomatis akan menyaring berbagai informasi serta sudah dapat memutuskan mana yang baik dan tidak baik untuk dilakukan," pungkasnya.




(hil/fat)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads