Peran relawan sangat vital membantu wisatawan agar tidak celaka di jalur ekstrem Cangar-Pacet, terutama di Tikungan Gotekan. Belajar dari pengalaman mereka bertahun-tahun menjaga jalur ini, sejatinya kecelakaan bisa dicegah. Simak tips aman dari mereka.
Berbagai kelompok relawan bahu membahu menjaga jalur ekstrem Cangar-Pacet setiap Minggu dan hari libur nasional. Salah satunya Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) NU Kabupaten Mojokerto yang telah beroperasi sejak 2016.
"Kami jaga jalur ini hari Minggu dan hari libur, gabung dengan relawan lain. Kami siagakan ambulans sampai 3 unit dari LPBI NU, Welirang Community, MTB, Semar. Kami fokusnya 2 titik," terang Ketua LPBI NU Kabupaten Mojokerto Saiful Anam kepada detikJatim, Jumat (5/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anam menjelaskan bahwa titik pertama yang dijaga adalah rest area Sendi. Menurutnya, para relawan dibagi menjaga jalur sekitar 300 meter di atas dan di lokasi rest area. Tim di atas bertugas mengamati kendaraan yang berisiko rem blong.
"Kalau mobil tandanya roda berasap. Yang mendominasi blong sepeda motor matik. Indikasinya pengemudi terlihat panik, lajunya motor kencang," katanya.
Ketika melihat mobil atau sepeda motor yang berpotensi rem blong, tim atas menginformasikan kepada tim di rest area Sendi agar mengadangnya. Pengemudi diminta berhenti di rest area untuk mendinginkan rem mencegah gagal fungsi rem.
"Kalau kendaraan dari atas sudah rem blong, kami arahkan ke rest area yang sudah kami pasang benteng sekam. Tujuannya mengurangi fatalitas benturan," ujar Anam.
Tikungan Gotekan di Desa/Kecamatan Pacet, Mojokerto, kata Anam, menjadi titik kedua yang selalu dijaga relawan. Hanya saja mekanisme pencegahan tak bisa diterapkan. Karena tidak ada lahan untuk menghentikan kendaraan yang menunjukkan indikasi akan rem blong.
"Kalau di Gotekan kami siagakan ambulans dan tandu untuk menolong korban. Sulit mencegah karena di situ kondisinya sudah blong. Jalurnya curam sehingga kendaraan susah diarahkan, juga tidak ada tempat untuk menghentikan," katanya.
Untuk mencegah rem blong, Anam mengimbau para wisatawan melaju pelan di sepanjang jalur Cangar-Pacet. Sepeda motor yang bersistem transmisi manual sebaiknya memakai gigi rendah sehingga bisa memadukan rem dan engine brake saat melalui turunan curam dan panjang.
Baik kendaraan manual maupun matik, kata Anam, seharusnya wajib berhenti setiap 10 menit hingga 15 menit untuk mendinginkan rem.
"Bisa berhenti di warung-warung nasi jagung Sendi atau di rest area Sendi. Kendaraan matik remnya jangan ditekan terus supaya tak cepat panas. Jadi, direm, dilepas," jelasnya.
Di luar bermacam upaya antisipasi itu, Anam berharap pemerintah merenovasi jalur penyelamat di tikungan Gotekan yang panjangnya jauh dari kata layak.
Baca juga: Petaka Sekeluarga di Tikungan Maut Gotekan |
Idealnya, panjang jalur penyelamat antara 75-100 meter. Selain itu, benteng karung berisi sekam perlu dipertebal demi meredam benturan saat pengendara tidak bisa menguasai kendaraannya yang mengalami rem blong.
"Jalur penyelamat Gotekan supaya diperpanjang, minimal sesuai kondisi di lokasi 50 meter," bebernya.
Relawan Welirang Community Suyit menilai, mayoritas sepeda motor dan mobil rem blong di jalur Cangar-Pacet karena pengemudi enggan berhenti untuk mendinginkan rem. Padahal, para wisatawan bisa berhenti di warung nasi jagung Sendi, rest area Sendi, serta di tikungan Gotekan.
Selain itu, Suyit juga mengimbau para wisatawan mengecek kondisi rem depan dan belakang sebelum melalui jalur Cangar-Pacet. Ia juga sangat tidak menyarankan kendaraan dimuati beban yang berlebih.
Beban berlebih akan memperberat kerja rem sehingga menambah risiko terjadinya rem blong saat jalan turunan. Misalnya berboncengan lebih dari 2 orang naik sepeda motor.
"Kalau bawa anak jangan ditaruh depan, taruh di tengah saja. Kalau terjadi rem blong, anak tidak paling fatal terhantam setir dan tubuh orang tuanya," tandasnya.
(dpe/iwd)