Sederet Temuan yang Jadi Bukti Guru SD Bunuh Diri Bersama Istri dan Anak

Sederet Temuan yang Jadi Bukti Guru SD Bunuh Diri Bersama Istri dan Anak

Hilda Rinanda - detikJatim
Kamis, 14 Des 2023 13:09 WIB
Kasat Reskrim Polres Malang AKP Gandha Syah Hidayat
Kasat Reskrim Polres Malang AKP Gandha Syah Hidayat membeberkan temuan di kasus bunuh diri sekeluarga guru SD di Malang (Foto: Muhammad Aminudin/detikJatim)
Malang - Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi kepada siapapun untuk melakukan tindakan serupa. Bagi Anda pembaca yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

Misteri penyebab tewasnya keluarga guru SD di rumah kontrakan di Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang perlahan mulai tersibak. Ada sejumlah bukti yang menguatkan bahwa guru ini bunuh diri bersama istri dan anaknya.

Polisi juga menyebut, motif para korban mengakhiri hidup karena persoalan beban utang. Entah berapa utang sang guru hingga membuatnya nekat mengakhiri hidup bersama orang terkasih.

Diketahui, sekeluarga yang tewas itu antara lain sang ayah berinisial WE (44) yang berprofesi sebagai guru sekolah dasar (SD), sang ibu berinisial SU (40), dan seorang putri berinisial RY (12) yang masih duduk di bangku kelas 7 SMP. Keluarga ini meninggalkan putrinya pertamanya, AKE (12), yang merupakan kembaran RY menjadi sebatang kara.

Berikut sederet temuan yang jadi bukti guru SD bunuh diri bersama istri dan anak:

1. Temuan Obat Nyamuk di Gelas

Polisi telah menerima hasil pemeriksaan awal tiga jenazah satu keluarga yang diduga bunuh diri di Malang. Ibu dan anak diketahui meninggal terlebih dahulu dengan menenggak obat nyamuk yang ditaruh di dalam gelas. Ini sesuai ciri-ciri mulut berbusa.

"Dari fakta hasil olah TKP bisa dilihat bahwa kurun waktu kematian dari tiga korban, baik Bapak WE, Ibu SU, anak RY ini kesimpulan sementara hasil olah TKP yaitu untuk ibu SU dan RY kemungkinan meninggal dunia lebih dahulu," ujar Kasat Reskrim Polres Malang AKP Gandha Syah Hidayat, Rabu (13/12/2023).

"Didasari oleh gelas yang kosong menyimpan sisa cairan yang baunya masih menyengat kemudian sachet obat antinyamuk cair, posisi mayat ini sepertinya rapi atau diatur," sambungnya.

2. Tangan Guru SD Sengaja Disayat

Sementara WE ditemukan dalam kondisi lengan yang tersayat. Dari penyelidikan polisi, WE diduga sengaja menyayat lengannya.

"Yang bersangkutan kemungkinan besar menyatat sendiri pergelangan tangan kiri. Sesuai visum luar pihak dokter, matinya Bapak WE, meninggal dunianya bapak WE ini karena terlalu banyak kehilangan darah yang disebabkan putusnya pembuluh arteri dan vena di pergelangan tangan sebelah kiri, itu hasil penyelidikan kami," imbuh Gandha.

3. Tinggalkan Pesan Pilu

Gandha mengaku, setelah dilakukan penyelidikan secara kompeherensif dipadu dengan scientic crime investigation, terungkap bahwa tulisan di kaca meja rias merupakan tulisan tangan WE. Tulisan tersebut berisi pesan pada anaknya AKE, kembaran RY yang masih hidup.

Hal itu diperkuat dari catatan di buku agenda WE, di mana model penulisan identik dengan miliknya.

"Ditemukan fakta adanya tulisan yang kami duga itu hampir mirip baik dari informasi saksi-saksi yang kita periksa. Korban ini adalah guru, ada salah satu saksi menyampaikan tulisan yang beredar foto di kaca rias itu mirip dengan tulisan beliau di papan tulis saat mengajar, ada buku agenda yang tulisannya identik dengan milik Pak WE," terang Gandha.

Begini pesan yang ditulis WE di kaca rias:

'Kakak Jaga Diri
Papa, Mama, Adik pergi dulu
Nurut Uti, Kung, Tante dan Om
Belajar yang Baik
Uang Papa Mama untuk pemakaman jadi satu love you kakak
Papa'

4. Tak Ada Darah di Kaca Rias

Hasil olah TKP juga mengungkap, WE menuliskan catatan di kaca meja rias sebelum menyayat pergelangan tangan bagian kiri, yang kemudian mengakibatkan ia tewas.

Lantaran polisi tak menemukan adanya ceceran darah di meja rias maupun bagian kaca. Setelah menulis pesan tersebut, WE diduga kuat bunuh diri.

"Dan kemudian didukung di meja rias tidak ada ceceran darah, artinya di sini bapak WE menuliskan pesan itu sebelum terjadinya pendarahan," kata Gandha.

"Setelah itu baru yang bersangkutan (WE) kemungkinan besar menyayat sendiri pergelangan tangan kiri sesuai visum luar pihak dokter. Bapak WE meninggal dunianya karena terlalu banyak kehilangan darah yang disebabkan putusnya pembuluh arteri dan vena di pergelangan tangan sebelah kiri," tandasnya.




(hil/fat)


Hide Ads