Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati membekali para calon pengantin (Catin) dan pasangan usia subur ilmu untuk mencegah balita stunting. Mulai dari persiapan pernikahan dan kehamilan, hingga pola asuh anak yang benar.
Bekal mencegah stunting disampaikan Ikfina dalam Sosialisasi Pencegahan Stunting Melalui Peningkatan Gizi dan Kesehatan Catin dan Pasangan Usia Subur di aula New Djimbaran Resto siang tadi. Sosialisasi ini dihadiri 160 orang yang terdiri dari para catin dan pasangan usia subur, serta para camat dan KUA se-Kabupaten Mojokerto.
"Stunting sangat berbahaya untuk masa depan bangsa ini. Karena ketika dia dewasa nanti, kecerdasannya 20 persen di bawah standar," kata Ikfina dalam forum tersebut, Senin (11/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh sebab itu, Bupati Ikfina membekali para catin dan pasangan usia subur ilmu untuk menyiapkan kehamilan. Pertama, para calon ibu tidak boleh kekurangan gizi yang ditandai dengan lingkar lengan kurang dari 23,5 cm. Sebab ketika calon ibu hamil dengan kondisi kurang gizi, mereka tak akan bisa memberikan gizi optimal kepada janin.
"Karena gizi janin dari ibunya. Kalau ibunya kurang gizi, lantas gizi siapa yang diserap janinnya. Sehingga gizinya harus diperbaiki sebelum hamil. Para suami jangan merokok selama program punya anak. Karena rokok menurunkan kualitas sperma," terangnya.
Balita stunting, lanjut Ikfina, juga disebabkan pola asuh yang salah dari orang tuanya. Untuk mencegahnya, Pemkab Mojokerto gencar menjalankan gerakan pola asuh orang tua cegah stunting pada balita (Gelora Cinta). Ia menekankan para ibu wajib memberi ASI eksklusif terhadap bayi usia 0-6 bulan.
"Setelah ASI eksklusif 6 bulan pertama, bayi dikenalkan makanan dengan cara yang benar. Infeksi berulang penyebab stunting juga kaitannya dengan pola asuh sehingga balita wajib mendapatkan imunisasi lengkap," jelasnya.
Sedangkan kepada para pegawai KUA, Ikfina berpesan agar tidak mudah menikahkan catin perempuan yang usianya di bawah 20 tahun. Sebab perempuan di bawah 20 tahun belum siap menjadi ibu, baik secara fisik maupun psikologi. Ia juga meminta petugas KUA memberi pemahaman kepada catin perempuan yang usianya di atas 35 tahun agar setop hamil.
"Karena perempuan usia 35 tahun ke atas kualitas sel telurnya sudah tidak maksimal. Jika hamil, risiko kehamilan maupun bayi lahir cacat meningkat, seperti down syndrom dan cerebral palsy naik," tandasnya.
Sosialisasi Pencegahan Stunting Melalui Peningkatan Gizi dan Kesehatan Catin dan Pasangan Usia Subur juga dihadiri Kepala Biro Sumber Daya Manusia BKKBN Jatim, Victor Hasiholan Siburian, Kepala Dinkes, Kepala Dinas P2KBPP, perwakilan Kantor Kemenag Kabupaten Mojokerto, serta organisasi terkait
(akd/ega)