Hari Bhakti Transmigrasi 2023: Tema, Sejarah hingga Paradigma

Hari Bhakti Transmigrasi 2023: Tema, Sejarah hingga Paradigma

Nadza Qur’rotun A - detikJatim
Selasa, 12 Des 2023 07:15 WIB
Transmigrasi untuk Jadi Petani
Transmigrasi untuk Jadi Petani (Foto: Rifkianto Nugroho/detikJatim)
Surabaya -

Hari Bhakti Transmigrasi diperingati setiap tanggal 12 Desember. Peringatan Hari Bhakti Transmigrasi tahun 2023 merupakan peringatan ke-73 sejak tahun 1950.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), transmigrasi merupakan perpindahan penduduk dari satu daerah (pulau) yang berpenduduk padat ke daerah (pulau) lain, yang berpenduduk jarang.

Tujuan dari peringatan ini adalah meningkatkan kesejahteraan para transmigran dan masyarakat sekitarnya sebagai upaya untuk mempercepat pembangunan, terutama di kawasan yang masih terisolasi atau tertinggal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut serba-serbi Peringatan Hari Bhakti Transmigrasi. Simak penjelasannya:

Tema Hari Bhakti Transmigrasi 2023

Tema Hari Bhakti Transmigrasi 2023 adalah "Transmigrasi Satukan Negeri". Rencananya Kemendes PDTT (Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi) ingin memusatkan perayaan Hari Bhakti Transmigrasi ke-73 tahun 2023 di Kabupaten Lampung pada 12 Desember 2023.

Sejarah Hari Bhakti Transmigrasi

Melansir laman detikNews, istilah trasmigrasi pertama dicetuskan Bung Karno pada 1927 dalam Harian Soeloeh Indonesia. Dalam konferensi Ekonomi di Kaliurang, Yogyakarta pada 3 Februari 1946, Wakil Presiden Bung Hatta menyebutkan pentingnya trasmigrasi sebagai bentuk dukungan pembangunan insutrialisasi di luar Jawa.

ADVERTISEMENT

Hari Bhakti Trasmigrasi pertama kali dimulai pada 12 Desember 1950. Trasmigrasi yang pertama kali dilakukan adalah dengan memberangkatkan 2 Kepala Keluarga ke Lubuk Linggau dan 23 Kepala Keluarga ke Lampung.

Tetapi peristiwa tragis berhubungan dengan sejarah Hari Bhakt Transmigrasi. Pada 11 Maret 1974, terdapat 67 pionir trasmigran asal Boyolali, Jawa Tengah meninggal dunia dalam kecelakaan saat berangkat ke Unit Pemukiman Transmigrasi (UOT) Rumbiya, Sumatera Selatan.

Kecelakaan tersebut disebabkan tergelincirnya bus yang mereka tumpangi hingga akhirnya bus masuk dan terbakar di Kali Sewo, Desa Sukra, Indramayu, Jawa Barat. Oleh karena itu, untuk mengenang peristiwa tersebut, dibangunlah Makam Pionir Pembangunan Transmigrasi di Desa Sukra, Indramayu.

Paradigma Transmigrasi

Melansir laman Disnaker Ponorogo, tujuan dari program transmigrasi adalah untuk mengurangi kemiskinan dan kepadatan penduduk di pulau Jawa, memberikan kesempatan bagi orang yang mau bekerja dan memenuhi kebutuhan tenaga kerja untuk mengolah sumber daya di pulau-pulau lain. Seperti Sumatra, Kalimat, Sulawesi, dan Papua.

Kritik mengatakan pemerintah Indonesia memiliki upaya untuk memanfaatkan transmigran untuk mengggantikan populasi lokal, dan membuat lemah gerakan separatis lokal. Program ini justru malah menyebabkan sengketa dan cekcok yang terjadi antara pendatang dan penduduk asli setempat.

Namun seiring perubahan dari lingkungan yang strategis di Indonesia, sekarang transmigrasi dilakukan dengan paradigma baru sebagai berikut:

1. Mendukung ketahanan pangan dan penyediaan papan

2. Mendukung kebijakan energy alternatip (bio-fuel)

3. Mendukung pemerataan investasi ke seluruh wilayah yang ada di Indonesia

4. Mendukung ketahanan nasional pulau terluar dan wilayah perbatasan

5. Menyumbang bagi penyelesaian masalah pengangguran serta kemiskinan

Transmigrasi saat ini tidak lagi bersifat sentralistik dan top down dari Jakarta, melainkan kerja Kerjasama Antar Daerah (KSAD) dan tidak merupakan program pemindahan penduduk, melainkan sebagai bentuk upaya untuk mengembangkan wilayah.

Semua penduduk memiliki peluang besar untuk menjadi Transmigran Penduduk Setempat (TPS), proporsinya 50:50 dengan Transmigran Penduduk Asal (TPA).

Demikian informasi mengenai serba-serbi dari Hari Bhakti Transmigrasi. Semoga dapat bermanfaat.




(irb/fat)


Hide Ads