Eks Wabup Blitar Rahmat Santoso ternyata menjadi salah satu penumpang Pelita Air bernomor penerbangan IP 205 yang gagal terbang dari Bandara Internasional Juanda gegara salah satu penumpang bercanda membawa bom. Dia juga harus legawa karena pesawatnya delay hingga 4 jam.
Rahmat mengaku dia dan penumpang lainnya panik ketika sejumlah petugas maskapai Pelita Air bersama sejumlah anggota TNI AL meminta mereka turun dari pesawat. Menurutnya ada 3 penumpang yang diduga bercanda tentang bom di dalam pesawat.
"Tadi ada petugas gabungan membawa 3 orang. Saya duduk di depan, yang 3 orang itu (yang bercanda soal bom) duduk di tengah," ujar Rahmat kepada detikJatim, Rabu (6/12/2023). "Setelah itu semua disuruh turun, termasuk pilot dan pramugari."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menyebutkan saat itu situasi di runaway itu sudah cukup ramai oleh petugas gabungan Kepolisian dan TNI. Tidak hanya itu, dia juga menyebutkan ada mobil anti huru-hara yang didatangkan ke lokasi.
"Setelah semua penumpang diminta turun dan 3 penumpang tadi diamankan oleh TNI AL, karena kan deket TNI AL di situ, lalu datang kendaraan anti huru hara," tuturnya.
Petugas gabungan dari TNI dan Polri itu melakukan pengecekan seluruh bagian pesawat secara menyeluruh. Proses pemeriksaan itu berlangsung antara 1 hingga 1,5 jam.
Selama menanti proses pengecekan itulah, kata Rahmat, ia dan para penumpang lain dievakuasi ke dalam bus yang telah disediakan di landasan pacu yang lokasinya agak jauh dari pesawat. Namun, penumpang tak diberitahu kenapa mengapa dievakuasi ke dalam bus.
"Lama nunggu di bus karena pesawat dicek oleh APH, sama polisi dan TNI, lalu keluar bandara lalu masuk lagi. Ada sekitar 1 sampai 1,5 jam di dalam bus, lalu dibawa keluar sambil menunggu pesawat dibersihkan atau screening," kata Rahmat.
Ia memastikan tidak ada penumpang maupun pramugari dan pilot yang tertinggal di dalam pesawat. Saat polisi dan TNI mengecek pesawat, semua diturunkan tanpa membawa barang-barang di bagasi pesawat.
"Semua turun, pilot pramugari juga, bercandaannya tidak tahu detailnya ya, tahunya pas di bus itu jadi obrolan," ujarnya.
Rahmat menegaskan, tidak sedikit penumpang yang menggerutu. Mereka mengomel karena terlalu lama menunggu di dalam bus sementara saat itu tidak ada kejelasan kapan pesawat akan berangkat kembali.
"Banyak yang ngomel, karena menunggu lama di bus," tuturnya.
Rahmat mengatakan dirinya harus mengambil pesanan atribut kampanye Pemilu 2024 di Jakarta. Akibat penundaan keberangkatan pesawat gegara candaan bom itu dirinya harus mengatur ulang janji dengan penjual atribut di Jakarta.
"Saya membeli atribut yang dipesan di Jakarta, terus balik lagi ke Surabaya karena harus ke dapil," ujarnya.
(dpe/fat)