Sindrom Stevens Johnson (SSJ) memang jarang terjadi tetapi mengancam jiwa dan perlu mendapat penanganan serius. Sindrom Stevens Johnson terjadi karena reaksi terhadap obat-obatan atau infeksi tertentu, yang dapat mengakibatkan kulit dan selaput lendir terkelupas.
Penting untuk mengetahui gejala, faktor risiko, dan tindakan pencegahan untuk menghindari kondisi berbahaya ini. Oleh karena itu, simak mengenai Sindrom Stevens Johnson di bawah ini.
Pengertian Sindrom Stevens Johnson
Dilansir situs Kementerian Kesehatan, Sindrom Stevens Johnson merupakan kumpulan gejala klinis yang ditandai trias kelainan pada kulit, mukosa orifisium (oral, konjungtiva, dan anogenital), serta mata.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi ini disebabkan reaksi hipersensitivitas atau reaksi kompleks imun, biasanya disertai gejala umum berat dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Pengelupasan epidermis terjadi pada 10 persen kasus, sedangkan penglibatan mukosa dapat terjadi pada 90 persen kasus.
Sindrom yang jarang terjadi ini penyebab utamanya karena reaksi imun terhadap obat. Sindrom Stevens Johnson paling sering terjadi pada orang dewasa, tetapi juga dapat terjadi pada anak-anak. Namun sangat jarang terjadi pada anak di bawah usia tiga tahun.
Penyakit ini secara timbal balik sering salah dikenal sebagai cacar air, difteri, demam scarlet, campak, impetigo, atau meningitis. Jumlah insiden yang dilaporkan setiap tahun berkisar antara 1 hingga 10 per sejuta.
Penyebab Sindrom Stevens Johnson
Pada orang dewasa, Sindrom Stevens Johnson dapat disebabkan oleh efek samping obat-obatan berikut ini.
- Obat asam urat seperti allopurinol
- Obat pereda nyeri seperti meloxicam, naproxen, atau piroxicam
- Obat antibiotik seperti pensilin atau golongan sulfonamida
- Obat antivirus nevirapine
- Obat anti kejang seperti phenytoin, carbamazepine dan lamotrigine
Sedangkan pada anak-anak, sindrom ini lebih sering dipicu infeksi virus. Namun, pada kasus ini Sindrom Stevens Johnson dapat disebabkan infeksi bakteri. Berikut beberapa infeksi virus yang bisa menyebabkan Sindrom Stevens Johnson.
- Pneumonia
- HIV
- Hepatitis A
- Gondongan
- Flu
- Penyakit Bornholm
- Herpes
- Demam kelenjar
Faktor Risiko Sindrom Stevens Johnson
Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko Sindrom Stevens Johnson sebagai berikut.
- Memiliki kelainan genetik yang dapat memicu timbulnya efek samping obat-obatan tertentu.
- Pernah menderita Sindrom Stevens Johnson atau memiliki keluarga yang pernah menderita kondisi ini.
- Menderita kanker, terutama kanker darah.
- Memiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya karena baru menjalani transplantasi organ, efek samping kemoterapi, penderita HIV/AIDS, atau autoimun.
Baca juga: 8 Penyakit Paling Mematikan di Indonesia |
Gejala Sindrom Stevens Johnson
Perlu diketahui gejalan Sindrom Stevens Johnson agar bisa segera dilakukan penanganan lebih lanjut. Berikut gejala Sindrom Stevens Johnson.
- Demam hingga 38 derajat celsius atau lebih
- Tubuh terasa lelah
- Perih di mulut dan tenggorokan
- Mata terasa panas
- Batuk
- Nyeri sendi
- Sakit kepala
Penderita Sindrom Stevens Johnson akan mengalami gejala lanjutan. Terutama jika keadaan semakin memburuk.
- Luka lepuh di kulit, terutama hidung, mata, mulut, dan kelamin
- Ruam kemerahan atau keunguan yang menyebar luas
- Kulit mengelupas beberapa hari setelah luka lepuh terbentuk
- Rasa perih yang menyebar di kulit
Apabila mengalami gejala-gejala tersebut segera ke rumah sakit atau klinik terdekat untuk mendapatkan penanganan.
Pencegahan Sindrom Stevens Johnson
Dilansir dari Alodokter, pencegahan Sindrom Stevens Johnson bisa dilakukan dengan menghindari konsumsi obat-obatan pemicu, terutama jika kamu atau keluarga memiliki riwayat penyakit ini.
Oleh karena itu, jika ingin tahu obat apa saja yang harus dihindari atau diwaspadai, segera hubungi dokter. Jalani tes alergi sebelum mengambil obat-obatan jika diperlukan.
Jika kamu melakukan pemeriksaan dengan dokter, selalu beritahu bahwa kamu sedang atau pernah menderita Sindrom Stevens Johnson, beserta dengan penyebab atau pemicunya.
Artikel ini ditulis oleh Neshka Rizkita, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/sun)