Alasannya, dia ingin memperkenalkan kesenian Reog kepada anak-anak disabilitas. Sekaligus menumbuhkan rasa cinta kesenian Reog asli Ponorogo.
"Jadi sebelum saya menjadi anggota Polri, saya adalah seorang seniman Reog, dan kebetulan saya ditempatkan di Polres Ponorogo. Ini bentuk kecintaan saya kepada kesenian Reog," kata Luhur kepada wartawan, Sabtu (25/11/2023).
Baca juga: 9 Alat Musik Daerah dari Jawa Timur |
Luhur menambahkan dia memilih mengajar sukarela di Panti Asuhan Tunanetra Aisyiyah. Di sini, dia mengenalkan musik gamelan Reog kepada 15 anak tunanetra.
"Setiap Jumat sore, saya mengajar anak-anak panti untuk mengenal dan bermain musik gamelan Reog," terang Luhur.
Menurutnya, sudah hampir dua tahun dia mengajar gamelan di panti ini. Setidaknya setiap Jumat selama dua jam dia mengabdikan diri mengajar belasan anak tunanetra.
"Meski punya keterbatasan fisik, mereka tetap semangat belajar gamelan, ada yang menabuh kendang, menabuh gong, meniup selompret (terompet khusus Reog), memukul kenong, dan ada angklung," ujar Luhur.
Usaha Luhur tak sia-sia, menurutnya anak-anak saat ini bisa bermain gamelan Reog. Meski ada keterbatasan fisik karena tidak bisa melihat, namun pendengaran mereka lebih tajam sehingga sangat cepat dalam menangkap materi musik.
"Yang jelas cara melatihnya, cara komunikasi kami harus lebih sabar, karena mereka beda dengan anak-anak pada umumnya. Jadi ketika mereka sedang tidak mood, maka tidak latihan juga tidak apa-apa," tutur Luhur.
Salah satu anak panti, Muhammad Harris menambahkan awalnya dia penasaran dengan alunan musik selompret. Karena suaranya yang melengking dan khas.
"Saya heran, bagaimana seseorang meniup alat musik seakan-akan tidak putus, setelah tahu caranya dan tekniknya, saya senang," pungkas Harris.
(irb/fat)